TEMPO.CO, Jakarta - Tahun baru Cina atau biasa dikenal dengan sebutan Imlek merupakan hari besar yang dirayakan oleh masyarakat etnis Tionghoa. Perayaaan Imlek dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diperoleh. Imlek diharapkan bisa membawa keberkahan dan kemakmuran di tahun yang akan datang. Lantas, bagaimana sejarah Imlek itu sendiri?
Masyarakat Tionghoa biasanya merayakan Imlek dengan cara berkumpul bersama keluarga serta sembahyang untuk Thian dan leluhur. Sedangkan perayaan Cap Go Meh dilakukan sebagai wujud syukur dan doa agar tahun depan mendapatkan rezeki yang melimpah.
Perayaan Imlek diramaikan dengan beragam tradisi masyarakat Tionghoa misalnya berbagi angpao. Selain itu, Imlek juga dijadikan sarana untuk saling silaturahmi kepada saudara, kerabat dan tetangga sehingga momen Imlek menjadi lebih hangat dan special.
Asal-Usul Imlek dan Sejarahnya di Indonesia
Puncak acara perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama 3 hari. Mulai dari sebelum sampai sehari setelah Imlek. Sedangkan perayaan Imlek berakhir pada perayaan Cap Go Meh di tanggal lima belas atau tepatnya pada saat bulan purnama.
Berdasarkan legenda, asal usul perayaan Imlek terjadi karena di zaman dahulu ada seekor raksasa pemakan manusia bernama Nian. Raksasa tersebut muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak bahkan penduduk desa.
Simak: Mudik Tahun Baru Imlek di Cina, Antara Optimisme Pemulihan dan Risiko Covid-19
Agar terlindung dari Nian, penduduk desa biasanya menaruh makanan di depan pintu pada awal tahun. Diyakini setelah melakukan itu, Nian akan memakan makanan yang disiapkan daripada menyerang orang atau hasil panen.
Tapi pada satu waktu, penduduk melihat Nian berlari ketakutan setelah bertemu anak kecil yang memakai pakaian warna merah. Sejak saat itu, penduduk meyakini kalau Nian takut dengan warna merah. Hal itu juga yang menjadi asal-usul mengapa perayaan ini identik dengan warna merah.
Penduduk juga menggunakan kembang api untuk mengusir Nian agar tidak datang. Adat tersebut kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek yang hingga kini dirayakan oleh masyarakat Tionghoa.
Di Indonesia, perayaan Imlek sempat dilarang dirayakan di depan umum selama tahun 1965-1998. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, era pemerintahan Soeharto melarang keras segala hal yang berbau Tionghoa termasuk juga perayaan Imlek.
Tahun Baru Imlek mulai kembali bisa dirayakan secara meriah oleh masyarakat Tionghoa setelah Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 pada tahun 2000.
Kemudian Presiden Megawati Soekarno Putri menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2022 tertanggal 9 April 2022 dan meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional.
Keunikan Imlek di Indonesia
Perayaan Imlek sendiri sangat kental dirayakan dengan berbagai tradisi unik dan menarik. Berikut ini adalah tradisi keunikan Imlek yang dilakukan masyarakat Tionghoa.
- Menghindari Makan Bubur
Bubur adalah makanan yang dihindari untuk disantap saat perayaan Tahun Baru Imlek. Alasan bubur dilarang untuk dimakan saat Imlek karena bubur dianggap sebagai makanan untuk orang miskin di masa lalu.
Proses pembuatannya yang dimasak dengan sedikit beras tapi banyak air dianggap memberikan aura negatif atau nasib buruk di tahun yang akan datang. Maka dari itu, masyarakat Tionghoa sangat menghindari makan bubur saat Imlek.
- Bersih-bersih Rumah
Masyarakat Tionghoa biasanya melakukan tradisi bersih-bersih rumah menjelang perayaan Imlek. Pembersihan yang dilakukan berupa menyapu rumah, mencuci jendela dan memperbaiki bagian rumah yang rusak.
Tradisi dilakukan sebelum Imlek agar keberuntungan yang datang saat Tahun Baru tidak ikut tersapu. Selain itu, bersih-bersih rumah dimaknai sebagai cara untuk membuang keburukan dan hal negatif yang menghambat keberuntungan.
- Jangan Membalik Ikan Saat Memakannya
Ikan Bandeng merupakan santapan yang dihidangkan saat perayaan Tahun Baru Imlek. Tapi orang Tionghoa dilarang mengambil bagian ikan bagian bawah untuk dimakan. Ikan harus disisakan untuk disantap esok hari.
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, membalik ikan dengan cara mengambil daging ikan pada bagian bawah merupakan lambang keborosan di tahun yang akan datang.
- Mitos Nian
Nian menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa adalah monster yang hidup didasar laut dan muncul untuk mengganggu manusia dan hewan. Di zaman kuno, penduduk desa akan melarikan diri ke gunung agar terhindar dari Nian.
Tapi Nian bisa diusir dengan cara memajang kertas merah dan menyalakan petasan. Maka dari itu, perayaan Imlek pasti diwarnai dengan dekorasi berwarna merah dan pesta kembang api untuk mengusir Nian.
- Membagikan Hadiah
Selain tradisi berbagi angpao, masyarakat Tionghoa juga kerap berbagi hadiah dalam perayaan Imlek. Tradisi ini dilakukan sebagai simbol berbagi rezeki sehingga perayaan Imlek menjadi lebih berkesan.
Pemberian hadiah atau angpao biasanya dilakukan oleh orang yang sudah menikah kepada orang yang belum menikah. Tak heran, tradisi yang satu ini selalu ditunggu bagi anak-anak, remaja atau bahkan dewasa yang masih lajang.
VIVIA AGARTA F | RIZKI DEWI AYU
Baca: 7 Kelenteng Bersejarah di Indonesia yang Menarik Dikunjungi saat Libur Imlek
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu