TEMPO.CO, Surakarta - Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka bersama jajaran Pemerintah Kota setempat sudah berancang-ancang akan merevitalisasi Keraton Surakarta Hadiningrat. Pelaksanaan proyek itu menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen-PUPR) RI.
Rencana revitalisasi Keraton Surakarta sendiri telah digulirkan sejak Oktober 2021. Namun, hingga kini terganjal lantaran masih adanya konflik di internal keluarga besar Keraton Surakarta itu.
Gibran Ingin Konflik Keraton Surakarta Mereda
Saat dimintai konfirmasi, Gibran tidak menampik hal itu. "Ya tentunya saya berharap konflik itu dapat segera diselesaikan dengan baik oleh pihak keluarga Keraton Surakarta," ujar Gibran kepada awak media di Balai Kota Solo, Rabu, 21 Desember 2022.
Namun diakui putra sulung Presiden Jokowi itu, ia tidak dapat melakukan intervensi terhadap penyelesaian konflik tersebut. "Tugas kita kan untuk revitalisasinya, terkait pekerjaan fisik, yang kotor-kotor dan pembangunan. Kalau urusan keluarga saya tidak bisa intervensi karena saya hanya orang luar (Keraton Surakarta)," tutur Gibran.
Simak: Rujuknya Keraton Surakarta Bisa Tarik Pelancong
Kementerian PUPR Sudah Cek Kondisi Keraton Surakarta
Rencana revitalisasi Keraton Surakarta karena saat ini terdapat beberapa bagian bangunan yang telah rusak. Dari Kemen-PUPR bahkan telah terjun untuk mengecek langsung kondisi Keraton Surakarta beberapa waktu lalu.
"Ya sudah ada pengecekan langsung. Bu Diana (Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) sudah melihat kondisi keraton sampai ke bagian belakang (yang rusak). Ya semua," katanya.
Menurut Gibran, pelaksanaan revitalisasi Keraton Surakarta akan lebih mudah jika konflik di internal keluarga keraton itu terselesaikan lebih dulu. "Makanya kalau urusan keluarga selesai, saya masuk, saya kan cuma tukang," ucap dia.
Konflik internal Keraton Surakarta dilatarbelakangi perseteruan di antara anak keturunan Pakubuwono (PB) XII yang memperebutkan tahta sebagai raja. Perebutan tahta sejak Sunan PB XII mangkat pada 11 Juni 2004 ini terjadi antara Hangabehi dan Tedjowulan. Konflik sempat mereda setelah ada campur tangan pemerintah Indonesia. Tapi, beberapa keluarga keraton menolak konflik perdamaian ini. Setelah beberapa kali penyelesaian dan mereda, tahun ini situasi kembali memanas.
Penyebabnya, PB XIII mengangkat putra mahkota dan permaisuri pada acara Tingalan Jumenengan ke-18 pada 27 Februari 2022. Pengangkatan tersebut menuai kritik dari kubu Lembaga Dewan Adat yang menilai harus dilakukan hati-hati dan tidak boleh serampangan. ]
SEPTHIA RYANTHIE
Baca: Menyusuri Lorong Gelap Keraton Surakarta
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dahulu.