TEMPO.CO, Jakarta - Wabah virus corona mengubah wajah Kota Amsterdam, Belanda. Tahun lau, Amsterdam menerima kunjungan 19 juta wisatawan. Mereka datang untuk wisata urban, menikmati kedai kopi, bar, klub malam, dan tentu saja Distrik Lampu Merah.
Dinukil dari Lonely Planet, kebisingan yang diciptakan turis, membuat Amsterdam memikirkan kembali industri pariwisata, untuk membuatnya lebih berkelanjutan dan seimbang.
Amsterdam saat ini memang lengang, karena kekhawatiran terhadap pandemi. Penerbangan internasional yang ditutup, membuat jalan-jalan di pusat kota yang biasanya sibuk menjadi sepi.
Dalam sebuah surat yang diterbitkan pemeritah kota, Wali Kota Amsterdam, Femke Halsema mengatakan ada urgensi untuk memikirkan pusat kota di masa depan.
Baca: Museum Keju Amsterdam, Boleh Cicip Kejunya
"Pertanyaannya mungkin tidak berbeda dari sebelum krisis virus corona, tetapi posisi awalnya adalah seperti apa yang kota yang kami inginkan untuk diri kami sendiri dan untuk siapa kami menginginkannya menjadi tempat yang menarik?," ujar Halsema.
Halsema menegaskan, ekonomi dari pariwisata harus tetap berputar namun juga menjaga warga Amsterdam tetang nyaman dan tenang.
Surat itu juga membahas fakta bahwa ada banyak keluhan tentang kebisingan dan gangguan di sekitar Distrik Lampu Merah dan lapangan hiburan, dan bagaimana overtourism berdampak pada perumahan.
Kota Amsterdam baru-baru ini mengumumkan pembaruan terhadap peraturan perumahannya. Salah satu perubahan adalah bahwa untuk sementara menyewakan properti kepada wisatawan, pemilik rumah harus terlebih dahulu mendaftarkannya dan memiliki izin. Selain itu, hanya properti yang lebih besar dari 100 meter persegi yang dapat dikonversi menjadi dua atau lebih rumah yang lebih kecil. Langkah tersebut untuk mengatur pengembangan pariwisata dalam jangka pendek.
Perubahan tersebut merupakan bagian dari Peraturan Perumahan dan Regulasi Kelompok Target Baru, yang diharapkan mulai berlaku pada 1 Januari 2021. Peraturan tersebut akan mencakup biaya penalti untuk pemilik tanah atau properti yang ditemukan melanggar peraturan.
Sejumlah pengunjung menikmati minumannya saat berada di kafe yang baru dibuka kembali setelag ditutup akibat pandemi COVID-19 di Leidseplein Square, Amsterdam, Belanda, 1 Juni 2020. REUTERS/Eva Plevier
Menurut Wali Kota Halsema, jumlah pengunjung yang besar mendorong harga sewa yang tinggi pula. Ini menyulitkan warga Amsterdan sendiri, yang membutuhkan tempat tinggal.
Poin-poin peraturan tersebut, agar semua Amsterdammers dan orang-orang Belanda, dapat kembali menikmati perumahan, dan mengembalikan keseimbangan antara hidup, bekerja dan rekreasi.