TEMPO.CO, Denpasar - Perhelatan Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) tahun ini, mengangkat tema Mulat Sarira atau Refleksi Diri. Tema ini terinspirasi dari filosofi Hindu di Bali.
Mulat Sarira adalah prinsip spiritual dalam memandang perbuatan, pikiran, dan nilai-nilai yang dilakukan oleh diri sendiri sebelum menilai orang lain.
“Karena egosentrisme terus menyebabkan konflik manusia. Diskriminasi hingga perang, penyakit, dan genosida,” kata pendiri dan direktur UWRF, Janet DeNeefe, Kamis, 5 Maret 2020.
UWRF tahun ini akan mengeksplorasi tindakan refleksi diri yang sederhana, memahami diri sendiri. Tema ini akan menghadirkan percakapan yang menarik antara tokoh-tokoh sastra, penulis, pegiat dan jurnalis terkemuka untuk membahas refleksi diri, yang berhubungan dengan pekerjaan dan proses artistik yang mereka jalani.
“Bagaimana literatur atau tulisan mencerminkan persepsi diri seorang seniman dapat berhubungan dengan orang lain di seluruh budaya,” ujar Janet DeNeefe.
Bersamaan dengan pengumuman tema 2020, UWRF juga telah meluncurkan karya seni atau poster resmi untuk tahun ke-17, yang diciptakan oleh seniman Bali, Teja Astawa. Karya-karyanya telah mendapat pengakuan nasional dan seni khas gaya Kamasan yang dikerjakannya mewakili kisah-kisah yang diceritakan dalam seri tematik.
“Mulat sarira berarti kembali ke tradisi, karena hal tersebut adalah akar. Saat menerjemahkan tema UWRF, saya mengambil elemen-elemen tradisi,” ujarnya.
UWRF 2020 akan digelar mulai 28 Oktober hingga 1 November 2020. Menuju ke puncak acara, panitia akan menggelar berbagai kegiatan seperti workshop dan diskusi. Tahun ini lebih dari 150 penulis, seniman, pegiat dari 30 negara akan hadir dalam UWRF ke-17.
MADE ARGAWA