Selain itu, salah satu geosite popular di kawasan Geopark Tambora yaitu situs Tebing Breksi Sarae Nduha. Situs ini memiliki lanskap yang bervariasi, yaitu perpaduan antara bentukan morfologi dan endapan batuan.
Bentukan morfologi berupa bukit-bukit landai dan tebing hasil abrasi air laut, merupakan pemandangan unggulan pada situs ini. Proses abrasi ini juga menyingkap endapan batuan di sepanjang pantai Sarae Nduha, di mana endapan ini merupakan endapan pyroklastik hasil letusan Gunung Tambora tahun 1815.
Ridwan Syah menyebut inisiatif pemuda setempat dalam menata kawasan dengan menyediakan beberapa fasilitas pendukung wisata seperti bangku-bangku serta papan informasi menarik dengan konten edukasi dalam bahasa kasual anak muda. ''Membuat situs ini menjadi situs yang paling ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar,'' ujarnya.
Jika ingin mengetahui tentang sejarah terkait letusan Gunung Tambora, dapat singgah ke Museum Kerajaan Sanggar yang merupakan museum kebudayaan. Di museum mini ini pengunjung akan menjumpai berbagai benda-benda koleksi bekas Kerajaan Sanggar dan dapat mengakses informasi tersebut dengan mudah.
Beberapa sisa Kerajaan Sanggar yang tersimpan dengan baik di museum ini yaitu kelompok senjata dan pusaka peninggalan Kerajaan Sanggar; kelompok hasil galian berupa penemuan barang pecah belah, perlengkapan pertanian dan peralatan rumah tangga, informasi tentang sejarah, adat istiadat, dan budaya Kerajaan Sanggar; serta informasi tentang letusan Gunung Tambora tahun 1815.
Berbagai pilihan geosite ini menjadikan kunjungan ke Geopark Tambora tidak akan membosankan dan pengunjung akan pulang dengan oleh-oleh berupa ilmu dan wawasan baru.
Danau Satonda terletak di tengah pulau Satonda dan termasuk wilayah Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. TEMPO/Supriyantho Khafid