Menurut Nick Cormack, instruktur menyelam Black Marlin asal Irlandia Utara, topografi Togean berbeda dengan Bunaken, Wakatobi, atau Lembeh. Sementara dasar laut Bunaken curam karena banyak lembah dan dinding gunung karang, Togean lebih landai sehingga para penyelam bisa menikmati tekstur laut dari dangkal ke dalam secara bertahap.
Keindahan bawah laut Togean yang menyimpan hewan langka kuda laut terancam oleh bom. Para nelayan sering curi-curi kesempatan meledakkan dinamit untuk menjaring ikan. Pemilik penginapan, seperti Yani Tahir, mesti membuat perjanjian dengan nelayan di kampung sekitar agar mereka tak mengebom laut. "Kalau dibom, karang jadi rusak. Penyelam mau mencari apa lagi?" ujar Yani.
Laut Togean terlalu indah untuk dirusak—bila tak dijaga secara serius atas nama mata pencarian rakyat. Selain berenang dan menyelam, menikmati laut Togean bahkan bisa hanya dengan mengayuh kayak ke tengahnya untuk merengkuh keheningan, di bawah senja merah yang menembus karang dan memantulkan warna-warni ikan.
Perairan Togean memiliki spesies karang endemik, yang tak ada di belahan dunia lain. TEMPO/Ratih Purnama