Begitu membayar tiket masuk dan menaruhnya di alat pemindai, sebuah papan informasi besar akan menyambut Anda dengan berbagai penjelasan singkat mengenai denah Museum Pemunahan Tuol Sleng.
Tepat di belakang papan informasi terdapat 14 kuburan tanpa nama yang menjadi penilasan jenazah korban kekejaman Penjara S-21 yang ditemukan ketika operasi pembebasan Kamboja dari rezim Khmer Merah berlangsung pada 7 Januari 1979.
Bersinggungan dengan pemakaman tanpa nama, terdapat sebuah tiang gantungan tempat para tentara Khmer Merah melakukan penyiksaan ketika menginterogasi tahanan.
Ada tiga kait yang di bawahnya terdapat gentong yang biasanya diisi air dan tahanan digantung dalam keadaan terbalik ketika diinterogasi.
Kepala mereka akan dibenamkan ke dalam air jika kondisi badan tahanan menyerah sehingga mereka kembali sadar dan kembali diinterogasi.
Seorang wisatawan mengamati tiang penyiksaan yang bersinggungan dengan pemakaman tanpa nama di dalam komplek Museum Pemunahan Tuol Sleng yang merupakan bekas komplek Penjara S-21 di masa pemerintahan Khmer Merah. (ANTARA)
Di samping pemakaman, terdapat papan yang berisikan 10 aturan Penjara S-21 yang mengharuskan para tahanan untuk menjawab setiap pertanyaan penyidik Khmer Merah disertai berbagai siksaan yang dijanjikan jika jawaban tak sesuai dengan keinginan mereka.
Bahkan salah satu poin tertulis bahwa tahanan tidak boleh menyebutkan mengenai Kampuchea Krom, sebuah wilayah di delta Sungai Mekong di bagian selatan Vietnam yang sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan Kamboja, untuk menyembunyikan jawaban mereka.
Terdapat empat gedung dengan tiga lantai di dalam komplek Penjara S-21. Gedung A merupakan ruangan-ruangan interogasi yang didalamnya terdapat ranjang besi dengan pasung agar tahanan tak melarikan diri selama pemeriksaan.
Ironisnya dari banyaknya ranjang yang ada, hanya satu bantal usang tersisa. Satu-satunya hal lunak di antara kekejaman yang dihadirkan dalam saksi kekejaman Khmer Merah.
Sementara foto-foto hitam putih terpampang di tiap-tiap ruangan di Gedung A, yang memperlihatkan kondisi korban-korban tanpa nama yang kini dikuburkan di dalam kompleks museum.
Di Gedung A terdapat dua ruangan di lantai tiga dan satu, sedangkan ruangan di lantai dua kondisinya terkunci sehingga tidak diperkenankan untuk dikunjungi oleh pengunjung museum.
Memasuki Gedung B terdapat papan-papan informasi berisikan cerita mengenai betapa suka citanya rakyat Phnom Penh menyambut kedatangan pasukan Khmer Merah sebelum kemudian kehidupan mereka berubah 180 derajat di bawah pemerintahan rezim tersebut yang diwarnai banyaknya kerja-kerja paksa serta penghapusan kepemilikan pribadi.
Berbagai alat-alat penyiksaan yang dipakai oleh para petugas Penjara S-21 juga masih tersimpan di salah satu ruangan Gedung B, yang di bagian ujungnya berada empat patung kepala Pol Pot sang Sekretaris Jenderal Partai Komunis Kamboja.
Foto-foto para pemimpin Partai Komunis Kamboja yang menjadi dalang kekejaman rezim juga berada di Gedung B, termasuk salah satunya Kang Keck Iev yang merupakan Kepala Penjara S-21.
Di papan-papan lain yang lebih banyak terpampang para tahanan yang pernah masuk ke Penjara S-21. Tak jarang anda akan menemukan perempuan yang masih membawa anaknya yang masih balita bahkan menggendong bayinya ketika difoto masuk ke dalam Penjara S-21.
Kecuali di wajah para pemimpin Khmer Merah, tak ada senyum di antara foto-foto para tahanan. Yang tergambar hanyalah nanar yang mewakili betapa nahasnya nasib yang menghampiri hidup mereka.
Kawat-kawat berduri terlihat membungkus bagian balkon Gedung C, yang dipasang demi mencegah para tahanan untuk melakukan bunuh diri setelah mereka tak lagi sanggup menerima siksaan yang diberikan oleh para petugas penjara.
Gedung C, sebagaimana gedung-gedung lainnya yang merupakan bekas kelas SMA Svay Pray, dijadikan sel tahanan yang dibuat dengan sekat bata-bata menjadi ruang sempit berukuran tak lebih dari 1x2 meter.
Di antara sel-sel tahanan yang bisa dikunjungi, terdapat sel bekas salah seorang penyintas, Chum Mey, mendekam selama ia berada di Penjara S-21.
Memasuki Gedung D, foto-foto nanar para korban Penjara S-21 kembali terpampang di papan-papan yang ada, disertai alat-alat yang digunakan petugas untuk mengidentifikasi tahanan seperti kursi tempat foto dan alat pengukur tinggi badan.
Sebagian besar tahanan Penjara S-21 adalah agen-agen CIA dan/atau KGB maupun mereka yang dicurigasi sebagai agen CIA ataupun KGB. Yang terbanyak tentu saja petugas-petugas ataupun tentara masa pemerintahan Lon Nol, yang ditangkap dan disiksa dengan tuduhan kontrarevolusioner.
Penjara S-21 menjadi saksi bisu dari kekejaman Republik Demokratik Kamboja, negara yang dibentuk oleh Khmer Merah setelah mereka naik berkuasa.
Berikutnya ada oleh-oleh hasil karya penyintas