Didirikan pada pada 1565, balisika minor ini menjadi gereja Katolik Romawi tertua di Filipina. Didirikan ketika Portugis mengirim ekspesidinya ke wilayah ini. Gereja ini telah dideklarasikan sebagai simbol kelahiran dan pertumbuhan Kristen di Filipina oleh Paus Paulus VI. Selain itu juga ditetapkan sebagai Ibu dan Kepala dari semua Gereja di Filipina.
Basilika del Santo Nino di Cebu Filipina. Gereja Katolik Roma tertua di Filipina. shutterstock.com
Bangunan pernah mengalami kerusakan berat akibat guncangan gempa sebesar 7,2 Magnitodo pada 2013. Menara lonceng runtuh, juga beberapa sisi dari gereja. Pada Maret 2016, menara lonceng pun rampung direstorasi. Bagian luar memang putih keabu-abuan sehingga sekilas tak terlalu menarik. Namun, di bagian dalam dekorasi bisa ditemukan di mana-mana.
Baca Juga: Lapu-lapu City, Ini Kota Gitar di Filipina Sejak 1919
Di langit-langit yang supertinggi itu bergantung lampu-lampu kristal. Suasana hening terasa. Lampu juga cukup temaram. Saya melihat lebih lekat ke bagian atas yang berhias ukiran dan lukisan yang menunjukkan perjalanan Yesus. Bangku-bangku kayu panjang saat itu sebagian terisi. Berada di bagian delapan, saya tak bisa melihat dengan detail dinding di dekat altar. Namun tampak penuh warna keemasan. Di sisi lain, ada sebuah ikon dari gereja ini berupa patung Yesus semasa kecil yang dipersembahkan Ferninand Magellan untuk Rajah Humabon, Raja Cebu masa itu.
Semakin ramai orang masuk ke dalam gereja tertua di Filipina ini, saya melipir ke luar. Menemukan udara semakin panas dan semakin banyak orang berdatangan dengan payung-payung di tangan.