TEMPO.CO, Mataram- Roah Segare (Ruwatan Laut) adalah salah satu tradisi rutin yang dilaksanakan masyarakat sepanjang Pantai Kuranji, di sebelah barat Pulau Lombok. Prosesi ini diselenggarakan setiap bulan Muharram dalam penanggalan Hijriyah/Islam sebagai bentuk rasa syukur, khususnya di Desa Kuranji Dalang.
Kegiatan Roah Segare tahun ini dipusatkan di area Pantai Kuranji Desa Kuranji Dalang Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat (Lobar), Ahad 4 November. Kegiatan dimulai dimulai dengan pembacaan barzanji, selakaran, zikiran, dan doa.
Prosesinya diawali dengan mendo'akan dulang penamat (sesaji) untuk kemudian dibawa ke bibir pantai. Dulang tersebut kemudian dilarung ke laut. Larungan itu adalah manifestasi rasa syukur masyarakat nelayan dengan hasil laut yang melimpah. "Juga sebagai rasa syukur karena dijauhkan dari segala macam bentuk musibah," kata Kepala Desa Kuranji Dalang Sukadin.
Di akhir prosesi melarung, masyarakat beserta para tamu makan bersama dari hidangan yang telah didoakan tadi. Mereka begibung --makan bersama dalam satu wadah besar nampan-- sebagai wujud kebersamaan dan kekeluargaan para nelayan di Pantai Kuranji.
Sukadin menerangkan kegiatan Roah Segare itu merupakan salah satu warisan tradisi dari para leluhur. Menurut dia, ada beberapa ketentuan adat yang harus dilakukan. Diantaranya, nelayan tidak boleh melaut untuk mencari ikan selama tiga hari setelah ritual roah segare. "Jika ini dilanggar, diyakini nelayan akan mendapat bala (bencana).”
Sukadin juga berharap event budaya ini bisa menjadi salah satu ikon wisata di Lombok Barat. "Semoga ini mampu mengembalikan pendidikan karakter bagi generasi muda," kata dia.
Tokoh adat Safrudin menjelaskan Roah Segare merupakan sarana untuk berdo’a kepada Tuhan agar para nelayan selamat dari bahaya saat melaut. "Jika ada angin besar, perahu bisa selamat, nyawa pun akan selamat," kata Safrudin.
Asisten I Bidang Aparatur dan Pemerintahan H. Ilham mendukung penuh kegiatan-kegiatan yang bersumber dari kearifan lokal warga. Dia meminta para nelayan menjaga pantai dan laut mereka sebagai tempat mencari nafkah. "Pantai dan laut yang terjaga kelestariannya akan bermanfaat bagi kehidupan kita."
SUPRIYANTHO KHAFID (Mataram)