Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

3 Menu Kuliner ala Bujet Mahasiswa di Pasar Kranggan Yogyakarta

image-gnews
Bu Sukardi meracik wedang tahu di Jalan Kranggan Nomor 75, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta. Tempo/Hindrawan
Bu Sukardi meracik wedang tahu di Jalan Kranggan Nomor 75, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta. Tempo/Hindrawan
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta -Yogyakarta, Kota Pelajar, terkenal dengan ragam kuliner yang pas di kantong mahasiswa. Meski begitu, rasa masakannya jangan diragukan. Seperti beberapa menu sarapan yang ada di Pasar Kranggan ini.

Baca juga: Toilet Bawah Tanah Malioboro Semewah Hotel Dioperasikan

Kalau sedang melancong ke Yogyakarta, tak ada salahnya Anda mencoba.

Wedang Tahu Bu Sukardi

Tahu umumnya dimakan bersama sambal, cabai, atau petis. Atau menjadi hidangan pendamping nasi. Namun, lain halnya yang ditemui Tempo di perempatan Jalan Kranggan, Yogyakarta. Ada sebuah gerobak kecil berwarna merah dengan spanduk bertuliskan “Wedang Tahu Jogja” di sana. Cukup menggelitik bila membayangkan makanan yang kerap dijodohkan dengan tempe itu harus dinikmati dengan cara lain: sebagai minuman.

Asap rempah-rempah mengepul hingga seberang jalan kala si pemilik warung, bu Sukardi, membuka dandangnya. Bau jahe emprit, batang serai, daun pandan, dan gula kelapa menyapa penciuman. Tangan perempuan separuh baya yang akas meracik wedang tersebut merayu hati untuk mampir dan memesan barang semangkuk. Tak lama setelah memesan, bu Sukardi segera meracik wedang.

Kuah jahe kecokelatan disiram ke mangkuk putih berornamen merah khas Tionghoa. Tentu membikin ngiler. Setelahnya, Sukardi menambahkan komplemen utamanya, yaitu sari tahu. Teksturnya lembut dan kenyal saat disendok. Perangainya mirip dengan bubur sumsum: putih dan kental.

Rasanya memang hambar kalau tak dicampur dengan kuah. Namun, ketika disantap bersama bumbu rempah, struktur kenyal berpadu kuah yang kaya rempah langsung menggoyang lidah. Sekali teguk, tandas sudah. Wedang ini dipercaya dapat mengusir masuk angin.

Yang membikin warung ramai, selain unik, adalah keramahan si empunya lapak. Memang, Sukardi tak pelit ilmu. Kepada siapa pun yang bertanya soal resep, ia dengan cakap bakal memberi tahu. “Sari kedelai di-blender, diperas, lalu dikasih campuran pengental. Itu sudah langsung jadi. Tinggal tambah kuahnya, pakai racikan rempah-rempah biasa. Jahenya pakai yang emprit, kecil tapi pedas. Oiya, kedelainya pakai yang impor dari Amerika, kalau lokal sulit dijumpai di pasar,” tuturnya.

Semangkuk wedang tahu Sukardi ini dijual Rp 6.000.

Alamat: Jalan Kranggan Nomor 75, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta,

Buka pukul: 06.30-09.00

Soto SampahSoto sampah di Jalan Kranggan Nomor 2, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta. Tempo/Hindrawan

Ada bermacam-macam faktor yang membuat sebuah warung punya banyak pelanggan. Entah jajanannya yang enak, harganya yang murah, atau karakternya yang unik. Yang satu ini dikenal lantaran memiliki ketiganya sekaligus: enak, tak mahal, juga istimewa. Julukannya warung soto sampah. Bukan berarti komponennya terdiri atas bahan-bahan sisa makanan, melainkan terselip cerita khusus di baliknya.  

“Yang memberi nama soto sampah justru pelanggan karena dulu di depan warung ini ada bak sampah besar,” tutur Fina Kurniawati, generasi penerus kedua pengelola warung yang berdiri sejak 1970-an itu, saat ditemui Tempo, Desember lalu.

Asumsi lain adalah pilihan lauk pendamping yang amat beragam, yang bila diteropong dari jauh, wujudnya mirip meja yang berserakan sampah makanan. Maklum, ada sekitar 30 macam pilihan, di antaranya sate usus, telur puyuh, ayam, paru goreng, jeroan, dan beraneka gorengan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Soto yang disajikan sebetulnya terlihat biasa. Sewajarnya soto khas Jawa: berkuah bening dengan nasi dicampur di dalam mangkuk. Isinya pun standar: kubis, bihun jagung, bawang goreng, seledri, dan taoge pendek.

Yang membikin spesial justru dagingnya. Bukan daging ayam atau daging sapi yang dipilih, tapi tetelan (sisa daging yang melekat pada tulang sapi). Tetelan memberi sensasi kenikmatan lain dan membuat kuah tampak berkaldu.

Soto ini enak disantap selagi hangat. Itu sebabnya tamu lebih memilih makan di tempat daripada dibungkus. Lagi pula, pemilik menyediakan puluhan tikar yang digelar di sepanjang trotoar di samping warung. Muda-mudi sering menjadikannya tempat nongkrong. Warung ini buka sampai dinihari.

Soal harga, tentu tak bikin pelanggan mengencangkan ikat pinggang. Hanya Rp 5.000 per mangkuk, tamu sudah bisa makan enak dan kenyang. Sementara lauk-pauk dibanderol mulai Rp 1.000 hingga Rp 5.000.

Alamat: Jalan Kranggan Nomor 2, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta

Buka pukul: 07.00-03.00

Gandos Rangin Siti

Kue pancong. Itulah nama aslinya. Mulanya berasal dari Jakarta. Orang-orang Betawi meraciknya dari bahan alami, seperti kelapa, tepung beras, dan gula. Di banyak daerah, penganan tradisional berbentuk setengah lingkaran itu berganti nama. Di Bandung, misalnya, masyarakat Sunda menyebutnya sebagai bandros. Tak terkecuali di Yogyakarta. Kue ini di sini dinamai gandos rangin.

“Bahannya sama. Hanya rasanya disesuaikan dengan masyarakat setempat. Kalau di Yogyakarta, karena orang-orangnya suka manis, adonannya diberi banyak gula,” tutur Siti Kholimah, perempuan 35 tahun, yang membuka lapak jualannya di perempatan Pasar Kranggan.

Sambil menuangkan adonan ke loyang cetakan kue, perempuan keturunan Sunda-Jawa itu menjelaskan cara membuat gandos rangin. Mula-mula, tutur dia, yang harus disiapkan ialah adonan dari bahan dasar: tepung, kelapa, garam, dan gula. Kelapa yang dipakai tentu yang masih muda, lalu diparut. Selanjutnya, semua bahan dicampur, dibubuhi air secukupnya. Caranya tak lain seperti membikin adonan terang bulan. Sesudahnya, tinggal dimasukkan ke cetakan hingga warnanya berubah menjadi kecokelatan.

Setelah matang, umumnya, orang Sunda memberi tambahan saus gula merah. Masyarakat Jawa menyebutnya juruh. “Kalau di Yogyakarta sih biasanya hanya pakai taburan gula pasir,” ucap Siti.

Meski sederhana, kue ini menjadi penganan favorit untuk sarapan. “Maklum, harganya murah,” tutur salah satu pelanggan perempuan berusia 28 tahun, yang enggan disebutkan namanya. Benar saja, gandos rangin Siti hanya dibanderol Rp 5.000 untuk sepuluh potong kue. Tak heran kalau gerobak sederhananya yang telah eksis sejak 1999 itu laku diburu warga.

Alamat: Perempatan Pasar Kranggan, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta

Buka pukul 07.00-10.00

Berita lain: Bandung Kini Punya Forest Walk Sepanjang 2 Kilometer

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Solo Indonesia Culinary Festival 2024, Ada Pembagian 1.000 Porsi Soto hingga Edukasi Kuliner

5 hari lalu

Sejumlah pengunjung mendatangi Solo Indonesia Culinary Festival 2024 yang digelar di halaman parkir sisi timur Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, Sabtu, 11 Mei 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Solo Indonesia Culinary Festival 2024, Ada Pembagian 1.000 Porsi Soto hingga Edukasi Kuliner

Festival kuliner ini diharapkan jadi ajang promosi potensi kuliner daerah sekaligus memperkuat branding Solo sebagai Food Smart City.


Chef Juna dan Renatta Kenalkan Dua Kuliner Khas Tanah Morotai

6 hari lalu

Siput Popaco Kuliner Khas dari Morotai/Kisarasa
Chef Juna dan Renatta Kenalkan Dua Kuliner Khas Tanah Morotai

Chef Juna dan Chef Renatta kenalkan Siput Popaco dan Sayur Lilin dari Morotai


Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

8 hari lalu

Saycuan hotpot &bbq/Saycuan
Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina


Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

9 hari lalu

Panitia menggelar konferensi pers Munas Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Indonesia (PPJI) 2024 di Hotel Alana Solo, Jawa Tengah, Selasa, 7 Mei 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

PPJI berharap ke depan ada produk-produk kuliner jenis lainnya yang bisa diekspor seperti halnya rendang.


Ikan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan

15 hari lalu

Mie gomak. Instagram
Ikan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan

Ada dua masakan khas masyarakat sekitar Danau Toba yang menjadi incaran pelancong dari berbagai penjuru


Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!

19 hari lalu

Ketua panitia penyelenggara Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Daryono menjelaskan tentang rencana penyelenggaraan festival kuliner tersebut di Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu, 27 April 2024. SICF 2024 akan digelar di Stadion Manahan Solo, 9-12 Mei mendatang. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!

Bagi penggemar kuliner masakan khas Indonesia jangan sampai melewatkan acara Solo Indonesia Culinary Festival atau SICF 2024


Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

28 hari lalu

Lumpia isi tahu udang menjadi salah satu jenis gorengan yang tetap sehat untuk menu buka puasa/Foto: Tupperware
Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?


10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura

29 hari lalu

Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu. Foto: Canva
10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura

Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu.


Jadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati

30 hari lalu

Jadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati

Di akhir pekan dan di hari libur panjang dapat menyembelih 40-50 ekor kambing sehari dengan omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan.


Singgah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini

31 hari lalu

Empal Gentong. Shutterstock
Singgah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini

Cirebon memiliki sejumlah kuliner yang bersejarah dan memiliki cita rasa yang lezat.