Tujuan kami berikutnya adalah Pasar Baru. Lokasi ini merupakan kawasan dagang para saudagar kaya asal Sunda, Jawa, Palembang, India dan Arab.
Pada 1884 pemerintah membangun Pasar Baru yang sebelumnya berlokasi di jalan Kepatihan dan bernama Pasar Ciguriang pada 1812, namun karena terjadi kebakaran hebat maka pasar Ciguriang tersebut dipindah ke lokasi Pasar Baru berada sekarang.
Baca juga: Imlek di Hotel, Ada Angpao dan Pohon Keberuntungan
Di kitaran Pasar baru ini, Anda bisa mendatangi Baba Kuya. Toko ini tak asing bagi pengguna obat herbal atau jamu tradisional. Berlokasi di jalan Pasar Barat no 44 atau tepatnya di samping belakang Pasar Baru, Baba Kuya sudah berdiri sejak 1800an oleh Tan Sioe How. Bahan ramuan yang digunakan turun temurun merupakan bahan nusantara yang diracik sesuai kebutuhan. Hingga saat ini ramuan Baba Kuya tidak hanya dipakai oleh Sinshe (pengobatan cina) tapi juga pengobatan moderen.
Sudah capek? Mampirlah ke Cakue Osin di jalan Babatan. Inilah warung cakue khas Tionghoa sejak tahun 1934. Toko yang hanya buka sejak pukul 07.00 - 11.00 ini, memiliki banyak menu khas, bukan hanya cakue ada juga Kompia dan Kue Cinsoko.
Menurut Irmawati istri dari pemilik cakue Osin ini, kebiasaan orang Tionghoa adalah sarapan bubur kacang tanah atau hokkian dengan cakue, sehingga warungnya hanya buka sejak pagi hingga siang untuk melayani sarapan para pembeli.
Selanjutnya: Kisah Hotel Surabaya di Kebonjati