Kabarnya, Gunung Fuji juga menyimpan cerita mistis. Banyak orang Jepang yang bunuh diri di sekitar Gunung Fuji. Menyeramkan. Saat kami menyusuri gunung tersebut, kami melihat sekelompok peneliti tengah berkumpul. Entah apa yang dibicarakan, tapi mereka tampak serius.
Setelah puas menikmati pemandangan di dalam hutan, kami memutuskan segera turun, mengingat waktu yang terbatas untuk mengejar jadwal bus pukul 4 sore. Tiba di halte, ternyata sudah banyak sekali orang yang antre. Di depan kami sudah ada antrean berisi sekitar 60 orang. Dan benar saja, saat bus datang, kami tidak dapat masuk. Malah masih ada antrean 10 orang di depan kami. Kami harus menunggu kedatangan bus lainnya satu jam ke depan.
Menunggu terasa menyiksa bagi saya karena cuaca semakin sore semakin dingin. Tapi bagi Ronald, yang agak berlemak tubuhnya, itu tidak menjadi masalah. Ia malah membeli dua cone es krim matcha, teh hijau khas Jepang. Kami saling mencicipi es krim tersebut. Bapak dan ibu saya sangat menikmati es krim matcha.
Satu jam berlalu, bus tiba tepat waktu. Selama di Jepang, kami belum pernah mendapati jadwal transportasi yang meleset. Semuanya tepat waktu. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Kabut sudah mulai turun.
Tiba di terminal bus, kami segera berjalan menuju Stasiun Mt Fuji 5th dan memesan tiket kepulangan. Petugas tiket sangat membantu kami. Setelah menyerahkan tiket kereta lokal tujuan Stasiun Otsuki seharga 1.020 yen per orang (Rp 127.500), petugas segera mereservasi tiket JR pass dan kami mendapat nomor tempat duduk di dalam kereta yang berangkat dari Stasiun Otsuki langsung menuju Stasiun Shinjuku.
Perjalanan dari Otsuki ke Shinjuku memakan waktu 1 jam 31 menit. Kami tiba di Stasiun Shinjuku pukul 19.51. Karena masih ada waktu, kami memutuskan untuk mampir sebentar ke Imperial Palace, yang cukup dijangkau dengan berjalan kaki dari Stasiun Tokyo. Kami menikmati suasana di dalam Stasiun Tokyo, yang bangunannya masih model tempo dulu.
Tidak terasa, hari sudah larut malam. Kami sudah lelah dan memutuskan untuk pulang ke Takadanobaba. Untuk dua perjalanan kereta yang terakhir ini, kami tidak mengeluarkan biaya lagi karena menggunakan tiket JR pass.
REBEKKA RENTHA SILABAN -Penikmat Perjalanan