Hari yang cerah. Gunung Fuji terlihat menawan dan membuat kami penasaran untuk segera melihatnya lebih dekat. Saya teringat akan perkataan teman. Kalau beruntung, Gunung Fuji bisa terlihat dari jauh secara utuh. Dan hari itu kebetulan cerah.
Akhirnya, kami tiba di Stasiun Mt Fuji 5th Station. Kami bertanya kepada petugas tiket di stasiun. Sayangnya, ia tidak mengerti bahasa Inggris. Kami pun diantar ke petugas lainnya yang dapat berbahasa Inggris di pusat informasi bagi wisatawan (Tourist Information Center/TIC) untuk menanyakan berbagai hal, termasuk jadwal kepulangan kereta kembali ke Takadanobaba.
Petugas TIC dengan ramah menjelaskan rute menuju Gunung Fuji. Kami harus naik bus lagi untuk menikmati Gunung Fuji. Kami pun diberi enam kartu pos yang bertulisan “Welcome to Fujiyoshida City”, dan di kartu itu ada juga ucapan dalam bahasa Indonesia: “Selamat Datang”. Kartu itu bergambar Gunung Fuji, yang puncaknya sebagian ditutupi salju. Tampak Arakutayama Sengen Park, Fujiyoshida City, dengan bunga sakura yang mekar di samping kuil. Cantik!
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Kami pun bergegas menuju loket bus yang lokasinya bersebelahan dengan lokasi TIC. Harga tiket pulang-pergi sebesar 2.100 yen per orang (Rp 262.500.
Petugas loket bus hanya dapat berbahasa Jepang, sehingga komunikasi di antara kami hanya menggunakan kalkulator, brosur harga tiket, dan jadwal keberangkatan serta kepulangan. Petugasnya ramah, dan kami diberi penjelasan soal jadwal dan rute kepulangan kereta yang lebih cepat.
Bus berangkat pukul 13.00. Sambil menunggu keberangkatan, kami memutuskan untuk berjalan-jalan dulu di sekitar stasiun. Kami masuk sebuah toko swalayan yang menjual berbagai pakaian, kosmetik, makanan, dan suvenir khas Jepang.
Perjalanan naik bus memakan waktu sekitar 1 jam menuju ketinggian 2.304 meter, atau yang disebut 5th Step. Kondisi bus sangat nyaman. Sepanjang perjalanan, pengemudi menyampaikan berbagai informasi kepada para penumpangnya. Namun sayang, semua percakapan berlangsung dalam bahasa Jepang. Bus penuh, bahkan ada turis yang berdiri.
Dalam perjalanan menuju puncak Gunung Fuji, kami menyaksikan lembah dan danau di kejauhan. Di satu titik, bus pun berhenti supaya kami dapat memandangi ketinggian dari dalam bus.
Tapi keindahan pemandangan sepanjang perjalanan menuju puncak Gunung Fuji dirasakan sebaliknya oleh tante saya karena ia mudah mabuk jika naik bus. Wajahnya pucat. Sesampainya di puncak Gunung Fuji, Tante memutuskan untuk tidak ikut berjalan kaki menyusuri kaki Gunung Fuji. Ronald, sepupu saya, memutuskan untuk menemani ibunya sambil melihat-lihat di toko.
Jadi hanya kami berempat. Saya, Mama, Bapak, dan adik perempuan saya, Martha, berjalan kaki menyusuri hutan di kaki Fuji-san. Suhu saat itu mencapai 4 derajat Celsius. Cukup dingin bagi saya, yang tidak terbiasa dengan temperatur rendah. Walaupun sudah memakai syal, sarung tangan, kupluk, dan jaket kulit, saya masih tetap kedinginan.
Pohon-pohon di dalam hutan berubah menjadi kuning kemerahan karena musim semi. Ada juga pohon cemara, yang daunnya berwarna kuning kehijauan. Pohon lain berdaun seperti janggut atau seperti kapas berwarna hijau muda. Kami berfoto di antara pohon-pohon unik tersebut.
Selanjutnya: misteri Gunung Fuji