Program mudik dengan kapal ini diselenggarakan oleh Kementerian Perhubungan untuk mengurangi angka kecelakaan para pemudik motor. Mereka diangkut beserta sepeda motor dengan tiga moda transportasi massa kereta, bus, dan kapal. Selain tak capek selama perjalanan, para pemudik bisa pulang ke kampung halaman dengan gratis bahkan mendapatkan makan dua kali sehari saat buka puasa dan sahur.
Caranya gampang. Pemudik harus mendaftarkan diri beserta nomor kendaraan mereka. Ribuan kursi diberikan secara gratis untuk berlebaran di kampung.
Dalam kapal Dobonsolo yang saya tumpangi, ada 2.100 penumpang dan 1000-an sepeda motor. Kami dijadwalkan bertolak pukul 16.00 WIB pada 15 Juli 2015 dan diperkirakan tiba di Pelabuhan Tanjung Emas pada pukul 06.00. “Asyik lho…bisa menikmati sunset dan sunrise di atas kapal,” kata Muhadu.
Tapi sayang, sunset yang dijanjikan tak bisa dilihat. Matahari tertutup mendung. Kami pun berharap masih bisa menyaksikan sunrise esok paginya. Saya tetap bersemangat lantaran ini perjalanan jauh saya lebih dari sepuluh jam menggunakan kapal.
Sebelum menyaksikan sunset, kami mengantre mendapatkan makanan buka puasa. Lantaran gratis, butuh perjuangan besar untuk mendapatkannya. Antrean dimulai dari lantai empat memutar sebelum berakhir ke lantai tiga. Menunya, amat lumayan untuk mudik tanpa biaya: nasi kotak, sayur, dan setengah potong ayam, plus jus jambu dan air mineral.
Usai berbuka, para penumpang bersiap salat tarawih di musala kapal yang berada di samping dek di lantai tujuh. Saat itu air laut Jawa sudah mulai pasang. Gelombang mencapai 3 meter. Walhasil, penumpang salat dengan posisi agak doyong.