Namun, Asep Tantra, 50 tahun, warga Garut, mengaku tak beranjak sejak sejam lalu. Hanya ia yang aktif memberi applause dan suitan panjang di sela-sela pertunjukan. "Saya memang suka nonton wayang," ujar dia. Ia tak mengabadikan pertunjukan dengan kamera atau alat perekam dari handphone seperti kebanyakan pengunjung yang hanya sebentar datang lalu pergi. Duduk bersidekap ditemani sang istri di sampingnya, ia masyuk menikmati pertunjukan itu.
Anna Koehlr, turis asing berkebangsaan Jerman, mengaku takjub dengan pertunjukan itu. Meskipun tak memahami bahasa yang digunakan, ia memilih menikmati gerakan wayang golek dan alunan tembang yang berkumandang. "Saya terkesan demgan pertunjukan ini meskipun tidak tahu apa yang dibicarakan, saya hanya menerka-nerka saja dan sepertinya menarik. Saya sedikit tahu soal Arjuna dan cerita Mahabharata," kata dia.
Pengakuan serupa diberikan oleh Angel Sylvia, 20 tahun, mahasiswa Universitas Tarumanegara. Ia mengatakan sedikit tertarik dengan pertunjukan ini namun menjadi bosan karena tidak mengerti bahasa yang digunakan. "Kalau tahu ngomong apa mungkin bisa lebih lama di sana (di dalam ruang pagelaran)," kata dia. Ia lebih tertarik untuk mengabadikan foto tata panggung untuk segera diupload ke path.
Didik mengatakan ada berbagai workshop yang menjadi andalan untuk menarik minat pengunjung. Ada ruang animasi yang dapat diakses gratis, untuk rombongan. Workshop wayang janur untuk semua kalangan, dengan charge Rp 15.000 setiap Selasa-Sabtu dan workshop gamelan dengan charge Rp 15.000 per orang menjadi andalan untuk membuat pengunjung datang lagi. "Dua pekan mendatang di dalam pajangan akan disajikan kisah Mahabharata lengkap sampai perang usai, Parikesit naik takhta, supaya pengunjung terhibur dan semakin teredukasi," kata dia.
Namun, saat ini Museum Wayang kewalahan lantaran mutasi besar-besaran. "Yang PNS stand by hanya lima orang, lainnya seperti saya cuma honorer," kata dia. Sementara, banyak pekerjaan yang harus dikerjakan untuk memberikan pelayanan maksimal kepada publik. Penyatuan antara Museum Keramik, Museum Wayang dan Museum Tekstil menjadi Museum Seni, membawa dampak besar bagi produktivitas museum.
"Kepala museum akhirnya tak bisa hanya di sini saja karena fokusnya terpecah di tiga museum," kata dia. Rencananya, museum ini akan disegarkan pada 2016 mendatang.
DINI PRAMITA