Motif lainnya, kata Corry, ada seperti Fouw. Fouw melambangkan ikatan bersama dalam kekeluargaan dan biasanya berbentuk bulat. “Kemudian juga ada motif Aye-Mehele, Iuwga, Kino, O Mane-Mane, Rasyin Rale, Kheleuw, Khaley, dan Kheyka,” katanya.
Sedangkan warna dasar atau dominan yang terdapat dalam lukisan kulit kayu itu adalah warna hitam warna yang dihasilkan dari jelaga atau arang kayu dan arang periuk, kemudian warna putih yang dihasilkan dari kapur untuk pinang sirih, dan warna merah yang dihasilkan dari batu kapur merah. “Setiap warna-warna ini kemudian bisa dicampur dengan bahan lainnya, seperti getah pohon sukun, air dan minyak kelapa,” katanya.
Akibat meningkatkan permintaan dan banyaknya kunjungan turis ke kampung ini, saat ini warna-warna itu kadang diganti dengan cat sintetis. Tapi jika ada permintaan lukisan kulit kayu dengan menggunakan bahan-bahan pewarna asli, warga setempat bisa kami sediakan tapi harganya akan berbeda dengan pewarna sintetis.
CUNDING LEVI
Berita lain:
Pengunjung Dieng Gagal Nonton Jazz di Atas Awan
Ayo, Kunjungi Pameran Wisata dan Ekonomi Kreatif!
Mengayuh Pedal di Tepi Swan River (Bagian 3)