TEMPO.CO, Tangerang - Festival Kuliner Serpong 2014 yang digelar di halaman parkir selatan Summarecon Mal Serpong menghadirkan berbagai kuliner dari Pulau Sulawesi. Tidak hanya santapan makanan dari Manado, Makassar dan Ujung Pandang saja yang tersaji, penyelenggara juga menyulap tempat parkir tersebut seolah tepi pantai, lengkap dengan kapal pinisi dan pernak-pernik miniatur dengan konsep bangunan khas daerah Sulawesi.
"Suasana ini tentunya akan menambah selera makan pengunjung," ujar Direktur PT Summarecon Agung Tbk Sugianto Nagaria dalam pembukaan Festival Kuliner Serpong 2014, Jumat malam, 15 Agustus 2014. (Baca: Festival Kuliner Gianyar Kembali Digelar)
Sebanyak 97 penjual makanan tradisional mengikuti ajang tahunan yang memasuki musim ke-4 ini. Puluhan makanan tersebut disajikan dalam 67 stan dan 27 gerobakan. "Sebanyak 16 di antaranya khusus makanan khas Sulawesi. Pedagangnya kami hadirkan langsung dari Makassar, Manado dan Ujung Pandang," kata Sugiyanto.
Pengunjung bisa memburu dan menikmati sajian kuliner Mie Cakalang Rumah Palem, Sop Konro, Coto Makasar Cotota, Lumpia Sulawesi, Baji Pamai Pangsit Mie Ujung Pandang, Ikan Tude Bakar Rica Oma En, Otak-otak Baba "The Makassar” dan Kambing Guling. (Baca: Festival Kuliner di Benteng Vastenburg)
Hampir seratus pedagang makanan, minuman dan oleh-oleh ini berada dalam kawasan yang ditata mirip sebuah pedesaan pinggir pantai Bugis. Pengunjung yang menginjakkan kaki di area festival kuliner itu akan dibawa suasana ragam nuansa budaya Sulawesi lewat rumah asli adat Tongkonan dari suku Toraja. Konsep bentuk bangunan dan dekorasi khas Sulawesi yang dikemas lengkap dengan pernak-pernik miniatur dari ikon arsitektur, seperti kepala kerbau, kain khas Sulawesi, hingga corak etnik ukiran khas daerah tersebut.
Tidak ketinggalan, panggung festival berwujud kapal pinisi, yaitu sebuah kapal layar tradisional yang berasal dari suku Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan. Kapal berukuran raksasa ini dilengkapi dengan miniatur mercusuar dan alunan musik serta tarian khas daerah Sulawesi.
Ada yang berbeda dalam festival kali ini. Jika sebelumnya alat bayar menggunakan kupon berupa pecahan uang dengan nilai nominal Rp 1.000 sampai Rp 50 ribu, sekarang alat bayar menggunakan kartu yang harus diisi dengan nominal uang di loket-loket yang tersedia di area festival. Kartu merupakan alat pembayaran yang bisa diisi ulang dan berlaku selama festival berlangsung 15 Agustus sampai 7 September 2014.
Sejumlah pedagang makanan khas Sulawesi yang ditemui Tempo mengaku ikut dalam ajang tersebut merupakan pengalaman pertama. "Ini pengalaman pertama kami," ujar Robert, 50 tahun, pedagang Cotota spesial soto daging Makassar. Dia mengaku datang langsung dari Makassar bersama karyawan dan juru masaknya. "Rempah-rempah dan bahan makanan juga didatangkan dari Makassar," katanya.
Harapan Robert tidak muluk-muluk mengikuti acara ini. "Produk saya dikenal, banyak yang suka, itu saja," kata lelaki yang berniat membuka warung soto di kawasan Serpong setelah festival berakhir ini.
Begitu juga dengan Eni Nuraini, pedagang ikan tude bakar Rica Oma En, yang membuka dua gerai sekaligus. "Tadinya saya cuma usaha catering, siapa tahu setelah festival ini bisa buka di mal-mal," katanya. Eni menjual ikan bakar tude, ikan bakar cakalang, bobara dan oci. Ikan bakar ini dimakan dengan sambal dabu-dabu. Selain itu, dia juga menjual mi cakalang.
Festival Kuliner Serpong merupakan agenda tahunan dalam mengangkat serta melestarikan budaya dan makanan Nusantara. Tahun ini festival mengangkat makanan khas Sulawesi dengan tema "Sulawesi, Nyamanna'.. Pe Sadap". Tahun lalu, festival serupa mengangkat tema makanan khas Yogyakarta dengan tema "Jawa Sing Ngangeni". Sedangkan tahun 2012 makanan khas Padang, Sumatra Barat, unjuk gigi dengan tema "Minang nan Rancak". Adapun perhelatan pertama tahun 2011 mengangkat makanan khas Bali dengan tema "Beauty of Bali".
JONIANSYAH
Baca juga:
Pemetaan Potensi Wisata Syariah di Indonesia
Kota Tua Gelar Lomba 17 Agustus
Peringatan 17 Agustus, Ada Lomba Mendaki Rinjani
Sektor Pariwisata Butuh Sosok Profesional
Tarik Wisatawan, Relawan Selfie di Jembatan Jurug
Unik, di Yogyakarta Ada Gunungan Ayam Goreng