TEMPO.CO, Dieng- Lima anak yang oleh masyarakat Dieng sebagai titisan dewa, karena berambut gimbal, akan diruwat dalam Dieng Culture Festival 2013, 30 Juni mendatang, di pelataran kompleks Candi Arjuna. Mereka sudah mengajukan sejumlah persyaratan sebelum rambut dicukur.
“Tahun lalu ada tujuh anak diruwat. Tahun ini kami batasi lima peserta,” kata Ketua Kelompok Masyarakat Sadar Wisata Dieng Pandawa, Alif Faozi, Rabu, 19 Juni 2013. Selain ruwatan, panitia menggelar Jazz “Di Atas Awan”, dan Festival Lampion.
Menurut Alif, setiap anak mempunyai permintaan berbeda-beda. Permintaan berupa barang, mereka namakan begono, yang harus dipenuhi. Jika tidak, rambut gimbal yang sudah dipotong, akan tumbuh gimbal kembali.
Dia menyebutkan, tiga anak gimbal yang sudah pasti ikut ritual, dan sudah menyampaikan permintaannya, adalah Mazaya Fiza Labibah, meminta perhiasan kalung dan gelang, serta baju pesta.
Selanjutnya, Nuria dari Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, meminta kambing. Dan Lista dari Garung, Kabupaten Wonosobo, meminta sepeda, mercon, dan cincin. “Dua anak lainnya belum menyampaikan permintaan,” Alif menambahkan.
Muhammad Al Farizi Masaid, 11 tahun, yang disebut sebagai raja gimbal karena bentuk rambutnya gimbalnya paling sempurna, laksana Bob Marley, belum mau dipotong. Dia memberi persyaratan yang cukup sulit, bila rambutnya harus dipotong. Yakni, menggelar Reog Ponorogo dan Barongsai. Sesuatu yang sulit dilaksanakan orang tuanya, karena mahal.
Tommy Destriyanto, seorang panitia mengatakan, selain menyediakan seribu gelas purwaceng, panitia juga menyediakan seribu tongkol jagung untuk dibakar ramai-ramai. “Kami sediakan anglo pembakaran sepanjang 20 meter,” katanya. Purwaceng, merupakan minuman khas Dieng, yang diyakini memiliki khasiat seperti Ginseng Korea.
ARIS ANDRIANTO