TEMPO.CO, Jakarta - Jepang memiliki beragam festival budaya yang senantiasa diwariskan turun menurun, beberapa diantaranya bahkan dirayakan selama berabad abad. Berikut adalah 3 festival budaya Jepang dalam skala terbesar:
1. Kanda Matsuri
Kanda Matsuri adalah salah satu dari tiga festival utama di Tokyo dan berlangsung di sekitar Kuil Kanda Tokyo. Perayaannya berlangsung sekitar satu minggu dan puncaknya akan dilakukan sehari penuh melalui tiga pusat distrik Tokyo seperti Kanda, Nihonbashi, Otemachi dan Marunouchi, disertai dengan mikhosi (kuil portable).
Kanda Matsuri berasal dari periode Edo (1603-1868) sebagai demonstrasi kemakmuran Edo (sekarang Tokyo) Ketika Shogun Tokugawa pertama menetap di sana. Festival musim semi berlangsung pada pertengahan Mei setiap tahun dan berlangsung selama enam hari dengan perayaan utama berkonsentrasi pada hari Sabtu dan Minggu.
2. Kyoto Gion Matsuri
Kyoto Gion Matsuri adalah festival menahun Kuil Yasaka, salah satu dari tiga festival teratas di Jepang. Perayaan akbar ini dihelat sepanjang bulan Juli dengan prosesi utama yaitu mendorong turun 33 kendaraan hias besar yang dikenal dengan yamahoko ke jalan-jalan Kyoto. Karena festival ini berlangsung sebulan penuh, banyak aktraksi budaya yang dapat disaksikan di Kyoto, termasuk proses pembuatan yamahoko.
3. Tenjin Matsuri
Tenjin Matsuri adalah salah satu festival paling terkenal di Osaka, festival ini terkait dengan Kuil Tenmangu Osaka dan dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada dewa Kuil Sugawara no Michizane, dewa ilmu pengetahuan dan pembelajaran.
Hari pertama festival dimulai dengan ritual di tanah kuil, sementara hari kedua memiliki dua prosesi yaitu ritual di darat dan ritual di air. Prosesi darat akan dilakukan dengan parade di jalanan menggunakan kostum warna-warni, kostum karakter dan diiringi musisi. Selanjutnya pemujaan dilakukan di atas perahu khusus yang melayari sungai serta dimeriahkan pertunjukan kembang api.
Pada puncak perayaannya, sungai akan dipenuhi dengan kapal-kapal yang membawa noh (teater Jepang Klasik) dan pemain bunraku (boneka). Sementara itu, di sepanjang sempadan sungai akan dipenuhi kios makanan dan minuman.
NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI | LUDHY CAHYANA
Pilihan editor: Hinamatsuri, Tradisi dan Harapan untuk Anak Perempuan dalam Budaya Jepang