TEMPO.CO, Cirebon - Cerita tentang Wali Songo tak lepas dari satu walinya yang paling berpengaruh, yaitu Sunan Kalijaga, yang juga mempunyai jejak di Cirebon. Petilasan Sunan Kalijaga terletak di Barat Sungai Sipadu, di Jalan Pramuka, Desa Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Daerah ini juga dikenal sebagai Taman Kera, karena ada ratusan kera yang hidup di situs ziarah sekaligus taman konservasi ini.
Menurut kepercayaan warga setempat, Sunan Kalijaga di abad ke-15 pernah bertapa dan tinggal di sini untuk turut membantu Sunan Gunung Jati dalam pendirian Kerajaan Cirebon.
Sebagai situs peziarahan, setiap hari puluhan orang datang untuk berziarah dan berdoa. Bulan Ramadan merupakan masa paling ramai di petilasan ini. Ribuan orang datang untuk berdoa, atau sekadar berwisata. Petilasan ini dipercaya juga sebagai tempat mencari "pesugihan" di Cirebon.
Makam Syeh Siti Jenar
Sosok kontroversial dalam sejarah Walisongo, yaitu Syeh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang, makamnya dipercayai berada di Desa Kemlaten, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Tak jauh dari situs petilasan Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu musuh besarnya. Jurnalis dan sastrawan Seno Gumira Ajidarma pada 2007 melakukan napak tilas menelusuri situs-situs makam Wali Songo dari Tuban hingga Cirebon. Ia meyakini situs makam Syekh Lemah Abang di Kemlaten, Cirebon, kemungkinan benar kuburan Syekh Siti Jenar.
Syekh Siti Jenar adalah seorang wali kontroversial, yang meninggal setelah dihukum mati oleh dewan penyebar Islam di Jawa, Wali Songo, karena ajarannya dinilai sesat. Tesis ini sesuai dengan keterangan dalam buku Babad Cerbon yang menerangkan asal kata Desa Kemlaten dari kata "melati" atau bau wangi bunga melati yang keluar dari jasad Syekh Siti Jenar ketika makamnya dibongkar.
Sebuah versi antistory menceritakan, Sunan Gunung Jati kemudian telah mengirim empat pasukan kepercayaannya, yakni Ki Lodaya, Ki Bawuk, Ki Torek, dan Ki Loreng untuk membongkar makam musuhnya yang dikeramatkan penduduk setempat ini. Mereka mengambil jasadnya untuk dibuang entah ke mana, dan kemudian diganti dengan bangkai anjing.
Namun, versi cerita ini tak pernah berhasil menjadi cerita arus utama yang memudarkan kepercayaan rakyat. Hingga kini, makam yang telah berusia enam abad lebih itu tetap diziarahi dan dipercaya sebagai makam Syekh Siti Jenar yang sebenarnya.
Makam itu sederhana, hanya berupa satu cungkup kuburan 180 x 90 sentimeter yang dipayungi kelambu putih. Situs ini merupakan satu di antara situs peziarahan penting di Cirebon, yang tak pernah sepi dikunjungi peziarah. Mereka biasanya berziarah menabur bunga, berdoa, membaca Al-Quran, atau Salawat Nabi di lokasi makam keramat ini, terutama pada malam Jumat Kliwon atau malam Selasa Kliwon.
Selain situs-situs wisata ziarah berbasis jejak Sunan Gunung Jati seperti ditulis di atas, di Cirebon masih banyak situs-situs ziarah lain. Di antaranya Masjid Merah Panjunan, Masjid Pejlagrahan, Masjid Jagabayan, Situs Kejawan, Situs Ketandan, Situs Makam Syekh Maghribi, dan Petilasan Pengeran Drajat, Gua Sunyaragi, dan taman wisata Plangon. (Baca selanjutnya: Doa, Dupa, dan Peziarahan Cirebon Bagian 6)
WAHYUANA| IVANSYAH (CIREBON)
Berita lain:
Doa, Dupa, dan Peziarahan Cirebon (Bagian 1)
Doa, Dupa, dan Peziarahan Cirebon (Bagian 2)
Lomba Penulisan Ekspedisi Takabonerate Digelar
Yogya Gelar Blusukan Pasar
Batu Flower Festival 2012 Berlangsung Meriah