TEMPO.CO, Arequipa - Arequipa, Peru, Amerika Latin, merupakan kota yang memiliki lanskap pegunungan indah. Bandar Udara Rodriguez Ballon International Airport milik Kota Arequipa pun langsung memunggungi pegunungan El Misti.
Arequipa berada di wilayah selatan Peru. Dari Arequipa ke arah selatan, bisa menembus ke perbatasan Cile, dan juga ke perbatasan dengan negara Bolivia. (Baca: Cuit Rem dan Perang Klakson di Lima, Peru)
Kota yang dikenal sebagai kota tambang ini memiliki penduduk sekitar 844 ribu jiwa. Untuk menjangkau Kota Arequipa dari Kota Lima, bisa ditempuh dengan menggunakan pesawat selama satu setengah jam. Bisa juga lewat bus dengan waktu 17-18 jam. Sedangkan perjalanan dari Jakarta menuju Lima, dengan transit di Amsterdam, membutuhkan waktu setidaknya 33 jam. (Baca: Konferensi Perubahan Iklim, Indonesia Bawa 5 Isu)
Di jantung Kota Arequipa, sebuah bangunan berarsitektur klasik berdiri megah. Orang Arequipa mengenalnya sebagai Plaza de Armas. Kawasan ini menjadi alun-alun kota yang dilengkapi dengan taman elok dan air mancur yang menebarkan udara segar.
Burung dara liar menambah semarak alun-alun ini. Tempo berkunjung ke Arequipa pada Sabtu malam, 6 Desember 2014, atau Ahad, 7 Desember 2014, waktu Jakarta. (Baca: Tari Indonesia Buka Konferensi Iklim di Lima, Peru)
Kecantikan kota ini bertambah oleh hadirnya Basilica Catedral de Arequipa yang berdiri megah dan kokoh. Katedral besar ini dikelilingi bangunan klasik peninggalan kolonial Spanyol. Bonanza tembaga, emas, dan perak menjadikan Arequipa sebagai kota terbesar kedua setelah ibu kota Peru, Lima.
Salah satunya adalah pabrik pengolah tambang Sociedad Minera de Cerro Verde, yang berafiliasi dengan Freeport McMoRan & Co. Perusahaan di kawasan Cerro Verde, Arequipa, ini merupakan perusahaan internasional raksasa yang berbasis Arizona, Amerika Serikat. (Baca: Jurnalis AJI Bakal Liput Konferensi Iklim di Peru)
Freeport bukan nama asing buat orang Indonesia. Sebab, perusahaan ini juga memiliki kawasan tambang bercadangan luar biasa di Papua. Ada sejumlah tenaga asal Indonesia yang bekerja di Freeport Peru. Di perusahaan itu, setidaknya ada lima warga negara Indonesia. "Kami rata-rata sudah tinggal 18 bulan di sini," kata seorang manajer Freeport Peru, Anto Kadyanto. Mereka kebanyakan bekerja pada proyek ekspansi pengolahan tambang milik Freeport.
Selain pekerja permanen, ada pula warga Indonesia yang datang bekerja dalam jangka waktu tertentu. Ada enam orang yang didatangkan Freeport dari perusahaan yang ada di Timika, Papua. Mereka bekerja pada kurun waktu 21 November-18 Desember ini.
Dua orang asal Timika itu adalah Margomgom Pangaribuan dan Elvis. Mereka bekerja merakit truk tambang untuk pengangkut material. Ada 50 truk yang didatangkan dari Indonesia lewat kapal laut. "Truk itu mampu mengangkut 320 metrik ton material tambang," kata Elvis.
Mereka menuturkan pekerja Freeport sangat diawasi ketika sedang berada di luar area tambang. Mereka diikuti oleh petugas keamanan yang menggunakan senjata. "Belanja ke supermarket pun kami diawasi ketat," kata Margomgom Pangaribuan.
SHINTA MAHARANI (AREQUIPA, PERU )
Baca berita lainnya:
Jokowi, Presiden Pertama yang Perintahkan Tenggelamkan Kapal
Kalahkan Malaysia, Indonesia ke Final Axiata Cup
Ini Daftar Pemenang FFI 2014
Sandy Tumiwa Akan Nikahi Putri Sekda NTB
Anies Stop Kurikulum 2013, Ini kata Eks Wamendikbub