Keesokan harinya, pukul 07.30 kami pun melanjutkan perjalanan ke Camar Bulan. Jarak yang kami tempuh sekitar 100 kilometer. Kali ini kami berkesempatan melintasi beberapa sungai besar khas alam Kalimantan dengan jembatan. Rata-rata panjang jembatan lebih dari 100 meter, bahkan lebih.
Ada satu sungai yang amat besar dan lebar bernama Sungai Teluk Halu. Lebarnya sekitar 400 meter, "Mungkin lebih," kata Yansen, pengemudi mobil kami. Tak ada jembatan di sungai itu, jalan satu-satunya menyeberang hanya dengan kapal feri. Kapal feri ini tak terlalu besar seperti kapal penyeberang antarpulau. Kapal ini hanya muat sekitar 10 mobil saja. Cukup seru menyeberang dengan feri ini. Guncang gelombang air sungai terasa sampai dalam mobil.
Awalnya kami mengira hanya itulah sungai besar yang akan kami lewati. Namun berselang dua jam kami dihadapkan dengan sebuah sungai yang lebih besar lagi. Sungai Paloh Ceremai namanya. Tak ada yang tahu tepat berapa lebar sungai ini. "Seperti laut, ya," ujar seorang petugas dermaga sungai tersebut sambil tersenyum.
Namun sayang tak ada kapal feri di sungai ini. Yang ada hanya kapal tongkang kecil yang bisa menyeberangkan mobil, itu pun maksimal dua mobil dalam satu kapal. Mobil yang kami tumpangi tak dapat menyeberang karena sulitnya mencari kapal tersebut. Akhirnya kami menyeberang dengan perahu penumpang kecil.
Suara rintik hujan dan deru mesin diesel perahu memecah hening sungai. Butuh setidaknya 30 menit menyeberangi sungai ini. Akhirnya pukul 12.30 WIB kami pun tiba di dermaga Ceremai, pintu masuk Camar Bulan. Sesungguhnya tak pantas lokasi pendaratan perahu ini disebut dermaga. Jembatan kayu setinggi satu setengah meter tempat menurunkan penumpang perahu sangat memprihatinkan. Bilah-bilah kayu tempat kaki berpijak sebagian lapuk dan licin. Bahkan di ujung jembatan hanya ada satu potong kayu selebar 30 sentimeter untuk berjalan. Benar-benar harus seimbang ketika melewati bilah kayu tersebut.
Kami sempat kebingungan saat ingin memasuki Dusun Camar Bulan. Tak ada kendaraan baik sepeda motor maupun mobil yang bisa kami tumpangi. Baru sekitar pukul 17.00 WIB tiba beberapa sepeda motor dari Pemda Sambas yang bersedia mengantar kami ke Camar Bulan. Akhirnya kami pun berangkat.
Jarak yang harus kami lahap sebelum dapat "menyentuh" Camar Bulan sekitar 46 kilometer. Hujan gerimis hingga sedang setia menemani perjalanan kami ke desa perbatasan tersebut. Sekitar 13 kilometer jalan yang pertama kami lalui berupa jalan cor beton keras dengan lubang di sana sini. Lebar jalan sendiri hanya mampu dilewati satu mobil. Batu kerikil pun berserakan menghambat langkah sepeda motor. Ditambah beberapa kali jalan yang Tempo lalui banjir dengan ketinggian air sekitar 10-30 sentimeter.
Sepanjang perjalanan hanya segelintir rumah warga yang berdiri. Sisanya, hutan dengan pepohonan menjulang tinggi. Tempo juga melihat banyak pohon di pinggir jalan yang hangus terbakar akibat pembukaan lahan.