Hanya di Yogyakarta
Widihasto menuturkan bregada rakyat tak hanya menambah kekhasan Yogyakarta sebagai daerah istimewa. Fenomena bregada rakyat hanya dijumpai di DIY. Di tempat lain yang memiliki sejarah wilayah kerajaan, keberadaan bregada rakyat tidak dijumpai.
"Di daerah-daerah lain yang dulunya bekas wilayah kerajaan keberadaan bregada rakyat tidak ditemukan. Hanya di Yogya yang masyarakatnya melakukan kreasi dan inovasi dengan mengembangkan imitasi bregada kerajaan," kata dia.
Keberadaan seni keprajuritan rakyat dinilai turut andil dalam menggerakkan ekonomi pengrajin busana adat Jawa. Satu orang pelaku seni keprajuritan meakai pakaian dan aksesori, mulai dari blangkon atau topi, sorjan atau beskap, rompi, lontong kamus, kain, celana, sepatu atau sandal tali, serta aksesori pendukung seperti bendera atau dwaja, tombak, keris, peralatan musik.
"Taruhlah satu orang kebutuhan kostumnya Rp 500 ribu, padahal satu kelompok bregada rata-rata 30 orang, maka sudah ada potensi belanja sedikitnya Rp15 juta untuk kostum," kata dia.
Widihasto mengatakan, dari Kabupaten Sleman saja, terdapat 400 kelompok bregada aktif dan semuanya sudah memiliki nomor induk kesenian. Jadi, terdapat potensi produksi busana senilai Rp 6 miliar untuk kebutuhan belanja kostumnya.
Ikon Yogyakarta
Adapun Kepala Bidang Adat, Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni Dinas Kebudayaan DIY Eni Lestari Rahayu mengungkapkan keberadaan seni keprajuritan atau bregada rakyat saat ini telah jadi salah satu ikon khas di Yogyakarta.
Dalam setiap event masyarakat maupun pemerintah kabupaten kota di DIY yang mengusung konsep arak-arakan budaya dapat dipastikan turut disemarakkan kemunculan bregada rakyat.
Pilihan Editor: Rute Filosofi Prajurit Yogyakarta di Festival Bregada Rakyat