TEMPO.CO, Jakarta - Harga akomodasi selama gelaran MotoGP Mandalika 2024 di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ramai diperbincangkan karena harganya yang dianggap mahal. Dengan melonjaknya permintaan dan terbatasnya pilihan penginapan, banyak wisatawan merasa keberatan dengan tarif hotel yang meroket. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa wisatawan akan enggan kembali menyaksikan MotoGP Mandalika pada tahun-tahun mendatang.
Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf, Nia Niscaya, mengatakan bahwa pemerintah terus memantau situasi ini dan memastikan bahwa regulasi terkait harga akomodasi tetap dipatuhi oleh pelaku industri pariwisata.
“Memang jelas bahwa ternyata event ini memberikan dampak yang positif tingkat okupansi hotel, kemudian harga pun dalam pengawasan masih reasonable karena ini persoalan suplai dan hukum ekonomi berlaku,” ucap Nia dalam The Weekly Brief with Sandi Uno secara daring, Senin, 30 September 2024.
Ia juga menyatakan bahwa pemerintah terbuka untuk berdiskusi lebih lanjut dengan asosiasi perhotelan dan penyelenggara acara agar ke depannya tidak ada lagi keluhan terkait harga akomodasi.
“Kami berkomitmen untuk mencari solusi bersama. Ke depannya, aturan yang diterapkan mungkin tidak hanya menyentuh bidang akomodasi, tapi juga mencakup jasa pariwisata secara keseluruhan, termasuk restoran dan layanan lainnya,” ia menambahkan.
Harga sesuai Hukum Pasar
Ketua Gili Hotel Association, Lalu Kusnawan menjelaskan bahwa peningkatan harga akomodasi selama MotoGP Mandalika tidak terlepas dari hukum pasar. Tingginya permintaan penginapan, terutama di area utama, menjadi faktor utama yang mendorong naiknya harga.
“Kami melihat bahwa tingkat hunian di area utama Mandalika dan sekitarnya mencapai 95 persen, dan sebagian besar diisi oleh tim pembalap. Hal ini mengakibatkan penonton umum kesulitan mendapatkan penginapan,” kata Lalu Kusnawan, di acara yang sama.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa di daerah Mataram, tingkat hunian mencapai sekitar 80 persen, yang juga didorong oleh tingginya permintaan selama penyelenggaraan MotoGP Mandalika. Ia menegaskan bahwa meski ada regulasi dari pemerintah provinsi yang mengatur batasan kenaikan harga, faktor eksternal seperti naiknya harga suplai dan kebutuhan pokok turut mempengaruhi kenaikan harga di sektor akomodasi.
Perlu Koordinasi
Meskipun demikian, baik Lalu Kusnawan mengatakan perlu langkah-langkah lebih strategis untuk mencegah hal ini menjadi masalah berulang. Salah satu usulan yang muncul adalah pentingnya koordinasi lebih awal antara penyelenggara MotoGP dengan asosiasi perhotelan.
“Mungkin koordinasi lebih awal antara MotoGP dan asosiasi khusus yang berhubungan dengan akomodasi, kita bisa duduk bareng mencari solusi terbaik misalnya memberikan persentase masing-masing hotel,” ungkap Lalu Kusnawan.
Kusnawan, juga menyoroti pentingnya promosi destinasi untuk event MotoGP Mandalika berikutnya lebih dini, agar calon wisatawan memiliki lebih banyak opsi. Ia berharap agar semakin banyak event internasional diadakan di Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk mendorong promosi pariwisata di daerah tersebut.
PUTRI ANI
Pilihan Editor: Museum MotoGP Pertama di Dunia Diresmikan di Mandalika, Apa Saja Isinya?