Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hal Menarik Pulau Biawak, Destinasi Wisata Bahari di Indramayu

image-gnews
Seekor biawak terdapat dibibir pantai Pulau Biawak, di Laut Jawa Indramayu, Jawa Barat. 26 Juni 2014. Pulau ini semula bernama pulau rakit dan telah dirubah nama menjadi Pulau Biawak karena terdapat penangkaran alami biawak. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Seekor biawak terdapat dibibir pantai Pulau Biawak, di Laut Jawa Indramayu, Jawa Barat. 26 Juni 2014. Pulau ini semula bernama pulau rakit dan telah dirubah nama menjadi Pulau Biawak karena terdapat penangkaran alami biawak. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pulau Biawak, sebuah destinasi wisata bahari yang terletak di Laut Jawa, merupakan salah satu surga tersembunyi yang dimiliki Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Dilansir dari Unpad Press, pulau ini merupakan bagian dari kawasan konservasi laut yang diresmikan berdasarkan SK Bupati Indramayu No. 556/Kep.528 Diskanla/2004. Kawasan ini terdiri dari tiga pulau kecil, yakni Pulau Biawak (atau Pulau Rakit), Pulau Gosong, dan Pulau Candikian.

Dikenal sebagai kawasan konservasi laut, Pulau Biawak menawarkan pesona alam yang masih sangat alami dan eksotis, sehingga banyak wisatawan tertarik untuk menjelajahi pulau ini. Pulau Biawak tidak hanya menyuguhkan pemandangan alam yang memukau, tetapi juga menawarkan pengalaman wisata yang unik dan berkesan.

Sejarah dan Daya Tarik Pulau Biawak

Pulau Biawak memiliki sejarah yang menarik, termasuk keberadaan sebuah mercusuar yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1872. Mercusuar ini, dengan tinggi sekitar 65 meter atau setara dengan 16 lantai, masih berdiri kokoh hingga saat ini dan berfungsi sebagai pemandu lalu lintas kapal yang melintas di kawasan tersebut.

Dikutip dari indramayukab.go.id, nama Pulau Biawak sendiri diambil dari satwa biawak (Varanus salvator) yang banyak berkeliaran di pulau ini. Satwa unik ini hidup di habitat air asin dan sering terlihat berenang di sekitar pantai, terutama menjelang matahari terbenam. Ukuran biawak yang ditemukan di pulau ini bervariasi, mulai dari 20 cm hingga 1,5 meter.

Selain mercusuar dan satwa biawak, Pulau Biawak juga memiliki keindahan bawah laut yang memesona. Air laut yang jernih di sekitar pulau ini memungkinkan wisatawan menikmati keindahan terumbu karang yang masih alami dan aneka ikan hias yang berenang di sekitarnya. Aktivitas snorkeling dan diving menjadi pilihan populer bagi wisatawan yang ingin mengeksplorasi keindahan bawah laut Pulau Biawak.

Selain wisata alam, Pulau Biawak juga menawarkan wisata sejarah dan ziarah. Di pulau ini terdapat makam Syekh Imam, seorang tokoh penyebar agama Islam di wilayah Indramayu. Selain itu, terdapat pula makam Z.M. Willem III, seorang bangsa Belanda yang pertama kali datang ke Pulau Biawak dan membangun mercusuar di sana.

Lokasi dan Akses Menuju Pulau Biawak

Pulau Biawak secara administratif berada di wilayah Kecamatan Indramayu, dengan jarak sekitar 40 kilometer dari pantai utara Tirtamaya Indramayu, atau sekitar 28 mil laut. Untuk mencapai Pulau Biawak, wisatawan harus menggunakan perahu atau kapal dari beberapa titik keberangkatan, seperti dari dermaga Karangsong atau Brondong.

Pemerintah Kabupaten Indramayu menyediakan dua kapal bantuan dari Pemprov Jawa Barat dengan kapasitas masing-masing 30 orang dan 10 orang, yang hanya beroperasi setiap akhir pekan dengan tarif sekitar Rp 290 ribu per orang. Alternatif lainnya adalah menyewa perahu motor nelayan dengan biaya sekitar Rp 2 juta untuk sepuluh orang.

Waktu tempuh menggunakan kapal milik pemerintah daerah hanya sekitar 1 hingga 1,5 jam, sedangkan menggunakan perahu nelayan membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Meskipun perjalanan laut ini memakan waktu cukup lama, keindahan alam yang menanti di Pulau Biawak akan membuat setiap menit perjalanan terbayar lunas.

Pulau Biawak adalah destinasi wisata bahari yang menawarkan keindahan alam, sejarah, dan pengalaman unik yang tidak ditemukan di tempat lain. Dari mercusuar peninggalan Belanda hingga kehidupan satwa biawak yang eksotis, setiap sudut pulau ini menyuguhkan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Pilihan Editor: Menara 150 Tahun di Pulau Biawak

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ada Berapa Pabrik Susu Ikan yang Beroperasi Saat Ini?

17 jam lalu

Pekerja tengah mengemas susu ikan di Unit pengolahan susu ikan milik PT Berikan Protein di Bekasi, Jawa Barat, 18 September 2024. Untuk varian stroberi, rasa manisnya berasal dari perisa stroberi dan pemanis alami stevia. Sementara itu, varian coklat menggunakan coklat bubuk asli dan gula pasir sebagai pemanis. TEMPO/Tony Hartawan
Ada Berapa Pabrik Susu Ikan yang Beroperasi Saat Ini?

Akan ada 2 pabrik yang memproduksi susu ikan demi memenuhi kebutuhan makan bergizi gratis. Dua pabrik tersebut yaitu di Pekalongan dan Indramayu.


Alasan Singapura Butuh Pasir Laut Indonesia

8 hari lalu

Pekerja saat membersihkan tumpahan minyak di Pantai Tanjong di Sentosa, Singapura 16 Juni 2024. Minyak juga terlihat di perairan sekitar Sister's Islands Marine Park, kawasan perlindungan laut seluas 400.000 meter persegi. REUTERS/Edgar Su
Alasan Singapura Butuh Pasir Laut Indonesia

Indonesia pernah menjadi pemasok pasir laut terbesar bagi Singapura. Saat ekspor pasir dihentikan, proyek reklamasi Singapura tersendat.


China Kembali Impor Makanan Laut dari Jepang Usai Pembuangan Limbah Fukushima

10 hari lalu

Pedagang menyiapkan makanan laut untuk dijual di Pasar Luar Tsukiji di Tokyo, Jepang, 12 Agustus 2024. REUTERS/Willy Kurniawan
China Kembali Impor Makanan Laut dari Jepang Usai Pembuangan Limbah Fukushima

China akan "secara bertahap melanjutkan" impor makanan laut dari Jepang, menyusul pelepasan air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima


Jokowi Buka Ekspor Pasir Laut, Pengamat: Mengingkari Janji Pelestarian Laut

13 hari lalu

Jokowi Kembali Izinkan Ekspor Pasir Laut, Pengamat Soroti Minimnya Diskusi dengan Nelayan dan Warga Lokal
Jokowi Buka Ekspor Pasir Laut, Pengamat: Mengingkari Janji Pelestarian Laut

Pembukaan ekspor pasir laut yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Jokowi dianggap sebagai pengingkaran janji Jokowi untuk melestarikan laut.


Sandiaga Uno Klaim Ekspor Pasir Laut Tidak akan Ganggu Destinasi Wisata

13 hari lalu

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. TEMPO/Hammam Izzuddin
Sandiaga Uno Klaim Ekspor Pasir Laut Tidak akan Ganggu Destinasi Wisata

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno klaim bahwa tidak akan ada destinasi wisata yang terusik oleh program ekspor pasir laut.


Menebus Dosa Kepada Laut

16 hari lalu

Warga melintas di samping kapal yang bersandar di laut yang tercemar sampah plastik di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu, 28 November 2018. Berdasarkan data Badan Pusat Statik (BPS), Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah plastik per tahun dengan 32 juta ton di antaranya mengalir ke laut. ANTARA/Reno Esnir
Menebus Dosa Kepada Laut

Kelompok nelayan di Karawang menggunakan rangkaian ban bekas untuk menjebak sampah plastik di laut.


BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

18 hari lalu

Warga memungut sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

Rata-rata sekitar 484 ribu ton per tahun sampah plastik bocor ke laut dunia dari kegiatan masyarakat.


BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

18 hari lalu

Petugas kebersihan membersihkan tumpukan sampah dengan cara membuang sampah di Sungai Ciliwung, Kampung Pulo, Jakarta, Senin, 9 September 2024.  Indonesia menempati urutan kelima dunia sebagai negara pembuang sampah plastik ke laut dengan volume 56,333 ton. TEMPO/Subekti.
BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

Sampah plastik mengancam kehidupan laut, ekosistem pesisir, dan kesehatan manusia yang bergantung pada hasil laut.


Pantai Wediombo Yogyakarta Bakal jadi Kawasan Konservasi, Ada Zona Terlarang untuk Wisata

39 hari lalu

Pantai Wediombo mempunyai sudut pandang yang luas, cocok untuk menikmati matahari terbenam via TEMPO/Rahmat Setiadi
Pantai Wediombo Yogyakarta Bakal jadi Kawasan Konservasi, Ada Zona Terlarang untuk Wisata

Pantai Wediombo dinilai memiliki terumbu karang yang dalam kondisi baik, bisa jadi pelindung sekaligus tempat mencari makan berbagai biota laut.


Komitmen Kuat KKP Melindungi Hak Masyarakat Hukum Adat

40 hari lalu

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar Forum Adat 2024 pada Kamis, 15 Agustus 2024, di Jakarta. KKP menegaskan komitmennya dalam perlindungan dan pemajuan hak-hak Masyarakat Hukum Adat (MHA) yang tersebar di 60 provinsi sudah ditetapkan melalui peraturan bupati/walikota sebagai bentuk fasilitasi pengakuan dan perlindungan MHA di pesisir dan pulau-pulau kecil. Dok. KKP
Komitmen Kuat KKP Melindungi Hak Masyarakat Hukum Adat

Masyarakat adat adalah garda depan pelestarian sumber daya alam karena mereka memiliki kedekatan spiritual dan budaya pada alam tempat tinggalnya. Hampir seluruh keanekaragaman hayati kita yang masih tersisa berada di tempat-tempat yang dijaga langsung oleh masyarakat adat.