Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Reporter

Editor

Mila Novita

image-gnews
Kapal kajang terparkir di Sungai Mahat Gunung Malintang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra barat. Kapal ini disiapkan untuk perhelatan Alek Bakajang pada 13-17 April 2024. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Kapal kajang terparkir di Sungai Mahat Gunung Malintang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra barat. Kapal ini disiapkan untuk perhelatan Alek Bakajang pada 13-17 April 2024. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Iklan

TEMPO.CO, Padang - Lima kapal bermodel pesiar digotong secara bersama oleh pemuda menuju Sungai Mahat yang berada di Nagari Gunung Malintang, Kecamatan Koto Baru Pangkalan, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Kapal-kapal tersebut terbuat dari kayu yang dibuat secara bersama-sama oleh masyarakat untuk persiapan Alek Bakajang yang digelar 13-17 April 2024.

Alek Bakajang merupakan festival yang menghadirkan miniatur kapal pesiar dari jorong-jorong (kampung) dan perwakilan dari pemerintahan dan alim ulama nagari. Festival yang juga dikenal sebagai manjalang ini diadakan untuk memperingati upaya para niniak mamak pendiri Gunung Malintang di masa lampau dalam membuka keterisolasian daerah mereka. Alek Bakajang pernah meraih Juara 1 kategori atraksi budaya terpopuler dalam Anugerah Pesona Indonesia (API) 2021.

Lima kapal yang diturunkan merupakan perwakilan masing-masing jorong di Nagari Gunung Malintang. Kapal tersebut digunakan untuk mengangkut para niniak mamak dan tamu undangan Alek Bakajang. Dibuat dari gabungan dua sampan yang dicat putih dan biru, kapal itu juga dilengkapi dengan alat musik untuk memeriahkan acara.

Kapal-kapal itu akan dibawa secara bersama-sama oleh para pemuda kampung untuk mengelilingi aliran Sungai Mahat Gunung Malintang. Alek Bakajang ini diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan 3 hari setelah Idulfitri. Prosesnya dimulai dengan bersilaturahmi ke istana masing-masing suku selama lima hari.

Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Gunung Malintang Jamri Datuak Pamoko menjelaskan, kegiatan bakajang ini sudah lama dilakukan untuk mempererat silaturahmi atau persaudaraan antarsuku yang berada di Gunung Malintang.

"Sudah lama kami laksanakan, sudah 50 sampai 100 tahun yang lalu," katanya.

Dia melanjutkan, Alek Bakajang ini melibatkan seluruh masyarakat di Nagari Gunung Malintang.

"Semua jorong harus membuat kajang atau kapalnya yang dibuat secara bergotoroyong," ujar dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jamri menjelaskan, bentuk kapal atau kajang itu dulunya tidak seperti kapal pesiar yang dilihat saat ini. Dulu hanya sampan yang dihias dengan kain berwarna-warni. Namun seiring perkembangan zaman, kajang tersebut diubah modelnya menjadi kapal pesiar.

"Perubahan ini diusulkan oleh masyarakat Gunung Malintang yang pernah bekerja di kapal pesiar," ucapnya kepada Tempo.co.

Menurut Jamri, masyarakat Gunung Malintang dulunya memang mengunakan transpotasi sungai untuk membawa hasil pertanian ke pasar.

"Sampan adalah salah satu alat transportasi kami dahulu untuk ke pasar, sebelum ada moda transportasi darat," katanya.

Dia berharap, selain memperkenalkan budaya dan tradisi Gunung Malintang ke masyarakat luar,  Alek Bakajang ini juga membuat persaudaraan antarkampung di Nagari Gunung Malintang semakin kuat. 

Pilihan Editor: 3 Rekomendasi Wisata di Kota Padang, Pilih ke Pantai atau Gunung?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

1 hari lalu

Pengunjung bersantai di salah satu pantai di Nusa Dua, Bali, pada libur Lebaran 2024 (Dok. ITDC)
Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

Segara Kerthi merupakan kearifan lokal memuliakan air di Bali, akan ditunjukkan kepada dunia, khususnya kepada delegasi WWF.


Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

16 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.


Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

16 hari lalu

Penari Seblang mengenakan omprok (hiasan kepala) dari janur, daun pisang muda, dan hiasan bunga segar untuk menutup kepala dan wajah. Tradisi ini digelar 15-21 April 2024 (Diskominfo Kabupaten Banyuwangi)
Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.


Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

16 hari lalu

Gunungan sayur-mayur dan ketupat menjadi bagian dari rangkaian acara Bakdo Sapi yang diadakan di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu, 17 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

Tradisi Bakdo Sapi digelar di akhir perayaan Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan


Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

22 hari lalu

Lebaran Topat di Lombok Barat 2023 (dok. Dinas Pariwisata Lombok Barat)
Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

Lebaran Topat tahun ini akan digelar pada hari Rabu, 17 April 2024


Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

25 hari lalu

Warga Saudi menyambut penetapan Hari Raya Idul Fitri pada hari Selasa dengan antusias.[Saudi Gazette]
Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

Setiap negara punya tradisi unik dalam merayakan hari raya Idulfitri atau Lebaran. Di Indonesia, Lebaran dirayakan pada 10 April 2024.


Melawat ke Kota Kelahiran Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail di Bukittinggi

36 hari lalu

Seorang warga sedang memotret mural Usmar Ismail yang berada di Janjang 40, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, Jumat, 29 Maret 2024. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Melawat ke Kota Kelahiran Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail di Bukittinggi

Hari Film Nasional 2024 digelar dengan mendatangi tempat-tempat yang penuh kenangan bagi Usmar Ismail di Kota Bukittinggi.


Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

37 hari lalu

Sejumlah pemuda memukul bekas tong plastik sambil menyanyikan lagu-lagu religi saat berkeliling pemukiman untuk membangunkan sahur di Balakong, Malaysia, 26 Maret 2023. Sejumlah pemuda berkeliling pemukiman warga sembari memainkan musik dengan bekas tong plastik dan menyanyikan lagu religi untuk membangunkan sahur pada bulan Ramadan. REUTERS/Hasnoor Hussain
Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

Asal-usul tradisi membangunkan sahur di Indonesia diyakini telah eksis sejak Islam masuk ke Tanah Air dan memiliki sebutan berbeda di setiap daerah.


Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

42 hari lalu

Senja di desa adat Waerebo, 28 April 2017. Desa adat Waerebo terletak di atas ketinggian 1200 Mdpl di Kabupaten Manggarai, NTT. ANTARA FOTO
Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

Wae Rebo, desa di perbukitan Pulau Flores, NTT dinobatkan sebagai salah satu kota kecil tercantik di dunia oleh The Spector Index, serta diakui UNESCO


Ramadan di Yogyakarta Diwarnai Kasus Antraks, Tradisi Berbahaya Ini Diminta Dihilangkan

49 hari lalu

Pemantauan daging segar oleh Pemkot Yogyakarta di pasar rakyat saat Ramadhan. (Dok. Istimewa)
Ramadan di Yogyakarta Diwarnai Kasus Antraks, Tradisi Berbahaya Ini Diminta Dihilangkan

Kasus suspek antraks di Sleman dan Gunungkidul, Yogyakarta, itu diduga kembali terjadi karena adanya tradisi purak atau brandu yang berbahaya.