Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ramadan di Masjid Jogokariyan, Ini Profil Masjid yang dikenal Melalui KRJ

image-gnews
Masjid Jogokariyan Yogyakarta menyediakan ribuan porsi menu buka gratis setiap hari selama Ramadan. TEMPO | Pribadi Wicaksono.
Masjid Jogokariyan Yogyakarta menyediakan ribuan porsi menu buka gratis setiap hari selama Ramadan. TEMPO | Pribadi Wicaksono.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kampung Ramadan Jogokariyan di Yogyakarta merupakan salah satu destinasi populer untuk ngabuburit selama bulan Ramadan. Tempat yang berpusat di Masjid Jogokariyan ini menjadi favorit bagi orang-orang yang ingin membeli hidangan khas Ramadan dari pedagang kaki lima dan warung makanan. Selain itu, kampung ini menawarkan nuansa khas desa yang tenang dan indah, menciptakan suasana seperti berada di desa asli.

Tradisi ngabuburit yang hanya ada saat bulan Ramadan ini sering dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan sosial, olahraga bersama, berkumpul dengan teman dan keluarga, bermain dengan anak-anak di taman, atau mengaji bersama di masjid untuk menyempurnakan Ramadhan yang penuh berkah.

Ngabuburit biasanya dilakukan di taman dan tempat hiburan, seperti Kampung Ramadhan Jogokariyan yang terletak di Jl. Masjid Jogokariyan, Mantrijeron, Kec. Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang buka 24 jam selama Ramadan. Tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh banyak orang selama bulan Ramadhan. Lantas, bagaimana profil dari Masjid Jogokariyan yang populer ini?

Profil Masjid Jogokariyan

Dilansir dari sibakul.jogjaprov.go.id, Masjid Jogokariyan merupakan salah satu masjid yang sangat terkenal bukan hanya kalangan warga Yogyakarta tapi juga wisatawan. Keistimewaan masjid ini terletak pada berbagai festival dan kegiatan yang diadakan saat hari besar Islam, terutama pada bulan Ramadhan. Tempat ini juga sering dijadikan sebagai destinasi wisata religi bagi para pengunjung yang ingin mengetahui sejarah dan kegiatan di masjid ini.

Selama bulan suci Ramadan, pengurus masjid juga menyediakan berbagai takjil gratis dengan variasi menu yang berbeda setiap harinya. Selain itu, di sekitar area masjid terdapat Kampung Ramadhan Jogokariyan (KRJ), tempat berkumpulnya banyak UMKM yang menjual berbagai jenis takjil dan minuman untuk berbuka puasa.

Masjid ini juga memiliki tradisi khusus saat memasuki bulan suci Ramadan, yaitu mengundang berbagai tokoh penting untuk menjadi imam atau penceramah selama pelaksanaan sholat tarawih ataupun sholat subuh.

Usai membuat kericuhan di komplek Masjid Jogokariyan, para pemuda Masjid mencbo menegur hingga berakhir adu mulut dan bentrokan. facebook/Masjid Jogokariyan Yogyakarta

Sejarah Masjid Jogokariyan

Dilansir dari masjidJogokariyan.com, sebelum 1967, belum ada masjid di kampung Jogokariyan. Kegiatan keagamaan dan dakwah dilakukan di sebuah bangunan sanggar kecil yang terletak di pojok kampung. Namun, bangunan tersebut tak pernah terisi lantaran kebanyakan masyarakat Jogokariyan pada masa itu lebih menganut tradisi Kejawaen daripada kultur keIslaman. 

Pada masa HB ke VIII, terjadi perubahan sosial ekonomi yang signifikan telah menimbulkan kejutan bagi warga. Kampung Jogokariyan mulai beralih menjadi pusat industri batik dan tenun, menyebabkan generasi anak-anak Abdi Dalem terpaksa bekerja sebagai buruh di pabrik-pabrik tenun dan batik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Puncak masa keemasan industri batik dan tenun menjadi periode yang sulit bagi keturunan Abdi Dalem prajurit Jogokariyan yang kesulitan beradaptasi. Ketidakseimbangan sosial ekonomi ini dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan memanfaatkan sentimen kelas buruh dan majikan.

Gerakan PKI disambut dengan antusias oleh warga Jogokariyan yang merasa terpinggirkan, menjadikan kampung ini sebagai basis PKI yang didominasi oleh warga miskin dan buruh. Saat terjadinya Gerakan 30 September atau G30S pada 1965, banyak warga yang ditangkap dan dipenjarakan sebagai tahanan politik. Di tengah masa kritis ini, Masjid Jogokariyan dibangun dan berperan sebagai sarana perekat untuk mengubah masyarakat Jogokariyan menjadi masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

Proses Pembangunan Masjid Jogokariyan

Masjid Jogokariyan diinisiasi oleh H. Jazuri, seorang pengusaha batik dari Karangkajen yang memiliki rumah di kampung tersebut. Ide ini dibahas dengan beberapa tokoh masyarakat dan umat, termasuk Bpk. Zarkoni, Bpk. Abdulmanan, H. Amin Said, Bpk. Hadits Hadi Sutarno, KRT Widyodiningrat, dan Ibu Margono.

Karena tidak ada tanah wakaf di Jogokariyan, mereka membentuk panitia dan mengumpulkan dana untuk membeli tanah di mana masjid akan dibangun. Dengan bantuan para pengusaha batik dan tenun dari koperasi "Karang Tunggal" dan "TRI JAYA", sebagian besar pendukung dakwah Muhammadiyah dan simpatisan Masyumi, tanah seluas kurang lebih 600 m2 berhasil dibeli pada awal Juli 1966.

Pada 20 September 1965, peletakan batu pertama dilakukan di atas tanah hasil tukar guling tersebut. Bangunan masjid berukuran 9x9 meter persegi ditambah serambi 9x6 meter persegi, dengan total luas bangunan 15 x 9 meter persegi terdiri dari ruang utama dan serambi. Masjid Jogokariyan pun diresmikan pada bulan Agustus 1967 oleh ketua PDM Kota Yogyakarta.

Sejak pembangunan masjid dimulai pada 20 September 1966 di kampung Jogokariyan, telah ada banyak usulan "Nama" untuk masjid yang sedang dibangun ini. Bahkan hingga saat ini, masih ada orang yang terus mempertanyakan nama masjid yang terletak di tengah-tengah kampung ini. Namun, para pendiri dan perintis Dakwah di Jogokariyan telah setuju untuk memberi nama masjid ini "Masjid Jogokariyan".

SUKMA ANTHI NURANI   I  MEUTIA MURTI DEWI

Pilihan Editor: Masjid yang Kerap Viral, Masjid Jogokariyan Yogyakarta Berusia 55 Tahun

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

5 jam lalu

Tugu Yogyakarta, pada awal dibangun pada era Sultan HB I sempat setinggi 25 meter. Dok. Pemkot Yogyakarta.
Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

UNESCO akui Sumbu Filosofi Yogyakarta, garis imajiner dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, dan bermuara di Laut Selatan.


Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

6 jam lalu

Moses Gatotkaca. Cuplikan video AP
Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

Puncak aksi mahasiswa di Gejayan terjadi pada 8 Mei 1998 setelah salat Jumat. Moses Gatutkaca menjadi korban dengan luka parah. Siapa tanggung jawab?


Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

10 jam lalu

Soekarno Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)
Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

Presiden Sukarno pernah melarang Manifesto Kebudayaan pada 60 tahun lalu. Apa itu Manikebu dan Lekra yang mengemuka saat itu?


Daftar Pemilihan Gubernur yang Digelar pada Pilkada 2024, Mengapa Yogyakarta Tak Termasuk?

1 hari lalu

Seorang pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) memasukkan surat suara ke kotak saat simulasi Pemilu 2024 di Pondok Rehabilitasi Sosial Zamrud Biru, Mustikasari, Bekasi, Jawa Barat, Selasa 13 Februari 2024. Simulasi ini untuk memberikan edukasi kepada pasien ODGJ yang memiliki DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan berdasarkan data KPU Kota Bekasi terdapat 1.095 ODGJ yang memilki hak suara pada Pemilu 2024. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Daftar Pemilihan Gubernur yang Digelar pada Pilkada 2024, Mengapa Yogyakarta Tak Termasuk?

Pilkada 2024 akan dilaksanakan pada November 2024 di semua provinsi di seluruh Indonesia, kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta. Apa alasannya?


Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

1 hari lalu

Festival Selokan Van Der Wijck Sleman. Dok.istimewa
Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

Selokan Van Der Wijck berperan penting menjamin irigasi di Sleman, Yigyakarta. Dibuat pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII berkuasa.


Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

1 hari lalu

Warga melintas di dekat tempat pembuangan sampah sementara di Yogyakarta, Senin, 17 Juli 2023. Penutupan sementara Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan untuk penataan berimbas pada tutupnya sejumlah tempat pembuangan sampah sementara di Kota Yogyakarta. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

Yogyakarta sebagai destinasi wisata turut tercoreng oleh masalah sampah yang belum terselesaikan setelah TPA Piyungan tutup.


Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

1 hari lalu

Raja Keraton yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menggelar Syawalan bersama abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta Selasa (7/5). Dok. Istimewa
Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

Sultan Hamengku Buwono X memberi pesan khusus kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di acara Syawaan.


Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

2 hari lalu

Sejumlah jamaah calon haji antre menaiki pesawat di Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu 24 Mei 2023 dini hari. Sebanyak 360 calon haji kloter pertama embarkasi Solo asal Kabupaten Grobogan diberangkatkan menuju Arab Saudi. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

Yogyakarta International Airport saat ini masih belum memiliki asrama haji untuk embarkasi.


Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

2 hari lalu

Warga dari Forum Masyarakat Peduli Pendidikan melakukan aksi memasak dengan bahan pangan murah akibat mahalnya harga biaya pendidikan dan kenaikan BBM di depan DPRD Provinsi Jawa Barat di Bandung, 22 September 2022. Mereka memprotes mahalnya biaya pendidikan di SMA/SMK negeri yang sampai saat ini belum bebas dari dana sumbangan pendidikan yang besarannya ditentukan oleh komite sekolah. TEMPO/Prima mulia
Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

Salah satu beleid paling disorot terutama tentang pungutan sekolah di Yogyakarta, yang akan diubah istilahnya menjadi dana partisipasi.


Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

2 hari lalu

Yogyakarta International Airport atau bandara YIA di Kulon Progo. Dok. Istimewa
Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

PHRI DIY merespon soal penetapan Bandara YIA sebagai bandara internasional satu-satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.