TEMPO.CO, Jakarta - Libur tahun baru imlek, banyak destinasi wisata khususnya wisata pecinan berlomba-lomba menghadirkan inovasi untuk menarik minat pengunjung, salah satunya kota Surabaya. Kota ini dikenal dengan wilayah Pecinannya yang sering dijadikan tujuan wisata. Apalagi menjelang imlek pasti akan ada pertunjukan dan budaya khas imlek yang ditonjolkan, seperti barongsai, festival lampion, bazar makanan, dan lain-lain.
Bagi sebagian masyarakat, tradisi Tionghoa memiliki daya tarik sendiri. Keunikan tradisi Tionghoa dan tradisi lokal yang sudah berakulturasi membuat kebudayaan yang dihasilkan semakin menarik. Hal ini bisa dilihat dari makanan, tempat ibadah, arsitektur, hingga kesenian. Hal tersebut bisa ditemukan ketika berkunjung ke beberapa kawasan wisata pecinan di Surabaya.
Berikut daftar rekomendasi kawasan wisata pecinan di Kota Surabaya:
1. Wisata Kya-Kya Kembang Jepun
Bagi warga Surabaya dan sekitarnya pasti tidak asing dengan kampung pecinan Kya-Kya yang berada di jalan Kembang Jepun. Selain menjadi tempat wisata kuliner, kawasan ini merupakan salah satu tempat bersejarah di Surabaya. Banyak bangunan dan ornamen bersejarah yang masih dilestarikan hingga saat ini. Bangunannya memiliki arsitektur khas Tionghoa, terdiri dari fasilitas hiburan yang dibangun bahkan sebelum kemerdekaan dan masih bertahan hingga kini, salah satunya Restoran Kiet Wan Kie.
Daya tarik lain yang ditawarkan dari Kampung Kya-Kya adalah sensasi berkeliling menikmati sejarah Pecinan tempo dulu menggunakan becak. Pengunjung bisa melihat jejeran bangunan rumah anutan dan klenteng. Di area Kya-Kya juga tersedia makanan khas Pecinan yang berasal dari 60 UMKM dan 30 diantaranya berasal dari UMKM sekitar kawasan wisata Kya-Kya.
2. Wisata Kampung Kapasan
Dilansir dari laman resmi Kemenparekraf, Kapasan merupakan salah satu kampung pemukiman warga Tionghoa yang sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Kampung Kapasan Dalam menawarkan wisata sejarah dengan bangunan yang memiliki daya tarik arsitektur Tionghoa peranakan. Salah satunya kelenteng Boen Bio. Kampung Kapasan juga menyediakan beberapa UMKM lokal bagi wisatawan yang ingin mencoba kuliner khas Tionghoa.
Uniknya lagi kampung Kapasan selain sebagai tempat wisata juga sering digunakan sebagai tempat penelitian. Terutama, bagi peneliti yang fokus pada budaya Tionghoa dan peranakan. Budayanya yang masih dilestarikan salah satunya ada bela diri kungfu.
Masyarakat lokal di sana banyak yang tetap melestarikan kungfu sebagai warisan budaya leluhur. Sering juga pertunjukan kungfu digelar pada waktu tertentu, salah satunya ketika tahun baru imlek. Jadi, sangat cocok untuk masuk ke daftar destinasi wisata yang wajib dikunjungi ketika libur imlek nanti.
3. Rumah Abu Hans Jalan Karet
Ketika mendengar kata rumah abu, yang ada dibayangan kita adalah tempat persemayaman. Namun, di Surabaya ada tempat unik yang menawarkan wisata sejarah dan budaya Tionghoa yang berada di sebuah rumah abu. Dilansir dari laman Rekayorek, Rumah Abu Hans sangat direkomendasikan untuk dikunjungi karena tempat ini masih menyimpan dan merawat aneka benda khas Tionghoa yang menjadi peninggalan. Rumah Abu Hans juga telah tercatat keberadaannya sebagai aset cagar budaya.
Jika dilihat secara keseluruhan bangunan bersejarah ini masih utuh sampai perabotan dan perangkat di dalamnya juga masih layak. Ada pula peninggalan berupa dokumen dan arsip-arsip peninggalan keluarga Tionghoa yang dulu menjadi pemilik rumah Abu Hans. Bagi pecinta wisata sejarah tempat ini sangat direkomendasikan.
SAVINA RIZKY HAMIDA | DANAR TRIVASYA FIKRI
Pilihan Editor: Wisata ke Pecinan Kya-kya Surabaya Nanti Bisa Sekalian Belanja Malam di Pasar Bong