2. Museum SMB II
Sultan Mahmud Badaruddin II adalah Sultan Palembang yang berkuasa dari 12 April 1804 hingga diasingkan Belanda pada 1 Juli 1821. Nama lahirnya sebelum berkuasa adalah Raden Muhammad Hasan Pangeran Ratu.
Saat ini namanya diabadikan sebagai nama bandara dan museum. Bangunan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) memiliki sejarah yang kaya. Bangunan ini merupakan bekas Rumah Residen Palembang yang berasal dari reruntuhan Kraton Kuto Lamo, terkait dengan perang pada 1819-1821. Kraton ini berada dalam satu kawasan dengan Kraton Kuto Baru.
Nyimas Ulfah Aryeni menjelaskan, setelah perang, ada pemindahan dan perubahan kepemimpinan di keraton, termasuk pula upaya pembangunan benteng yang mendapat banyak kendala, di antaranya masalah keuangan. Pada 1825, ketika rencana pembuatan benteng di Kampung Kelenteng gagal, bangunan Kraton Kuto Lamo dan sebagian Kraton Kuto Baru dirobohkan.
Di atas reruntuhan tersebut, dibangun bangunan baru untuk Kantor Residen Palembang dan tempat kerja Dewan Palembang. Setelah pembongkaran Kraton Kuto Lamo, bangunan ini menjadi bagian dari kompleks museum. Bangunan ini mencerminkan gaya Eropa dengan sentuhan arsitektur tropis Hindia, menggabungkan elemen lokal dengan gaya kolonial.
Dengan teknologi pembuatan menggunakan beton dan kayu, bangunan ini menampilkan lengkungan pada struktur dinding sebagai ornamen. Secara keseluruhan, museum ini memiliki dua lantai dengan ruang-ruang yang teratur dan struktur yang menggabungkan gaya Palladian Eropa, dipadukan dengan kekhasan bangunan Melayu Palembang.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II saat ini menjadi salah satu landmark di Kota Palembang, mewakili sejarah dan percampuran budaya yang kaya dalam struktur bangunannya.