Panti Asuhan Pa Johanes Van der Steur
Pemakaman anak-anak panti Johannes Van Der Steur. Tempo/Arimbihp
Gusta menjelaskan, saat pergundikan mulai melandai, balada anak kolong belum usai. Pada masa itu juga, Johannes van der Steur berjumpa dengan seorang serdadu mabuk pada April 1893 yang menantangnya untuk merawat empat orang anak terlantar di rumahnya. Ayah mereka yang berdarah Italia mati dan ibu hidup dengan memprihatinkan. "Tidak lama kemudian 2 orang anak terlantar dan kelaparan datang kepadanya meminta untuk dirawat," tutur Gusta mengisahkan.
Tak hanya itu, Gusta menceritakan, ada juga seorang anak yang ditinggal ibunya pergi dengan serdadu lain ketika ayahnya sedang sekarat di rumah sakit. Sejak saat itu, ia kemudian mendapat panggilan baru, "Pa". Panggilan ini dilekatkan di namanya sehingga ia lebih dikenal dengan Pa van der Steur.
Tahun pertama adalah tahun tersulit Pa van der Steur karena ia harus mengasuh anak - anak dengan biaya sendiri. Sejak 1892 - 1896, Johannes membiayai seluruh operasional Militair Tehuis dan Panti Asuhan.
Seiring berjalannya waktu, melihat kondisi Johannes van der Steur yang mulai terseok-seok merawat anak-anak, pada 1893 adiknya, Sara Maria van der Steur datang untuk membantu. Kemudian, datang bantuan lain pada 1897 saat Pemerintah Hindia Belanda memberikan subsidi sebesar f100/bulan serta Residen Kedu Bruyn Prince memberikan sumbangan f1000 untuk operasional. Pada 1898 Panti Asuhan & Militair Tehuis pindah ke Pastorie-laan di Magelang agar bisa menampung lebih banyak anak.
Pada 1898 Johannes van de Steur diangkat menjadi anggota Orde van den Nederlandsche Leew dan Predikan dari Protestantch Kerkbestuur in Indie sehingga mendapat gaji f200/tahun & f150/bulan. Tahun 1903, Pa pulang ke Belanda meninggalkan 350 anak asuhnya karena sakit. Selama di Belanda, ia melobi banyak politisi, pejabat dan organisasi sehingga ketika pulang ke Hindia dana sebesar kurang lebih f 30.000 berhasil terkumpul dan digunakan untuk membangun dan memperluas panti asuhan.
Pada 1907, Johannes van de Steur menikah dengan Anna Maria Zwager (Moe) yang dipanggil "Ma". Selama berkarya di Magelang dari 1893 hingga ia meninggal pada 16 September 1945, Pa Johannes van der Steur telah merawat tidak kurang 7.000 anak yatim piatu dan terlantar dari berbagai kalangan.
Para Steurtjes atau eks penghuni panti, bukan hanya merawat dan membesarkan, tapi juga mendidik serta memberi bekal untuk mereka hidup ketika sudah keluar dari panti. Banyak anak - anak didik Papa Johannes yang disekolahkan di berbagai jenis sekolah baik di dalam maupun luar Magelang bahkan sampai ke negeri Belanda.
Hingga akhir hayatnya di Magelang, Johannes Van de Steur dikenang sebagai tokoh kemanusiaan yang hadir di tengah penjajahan kolonial. Kepergian Johannes hingga pemakamannya di Magelang juga dihadiri ribuan masyarakat dari berbagai etnis.
Makam Johannes Van De Steur juga pernah mengalami dua kali pemugaran yang dilakukan Pemerintah Hindia Belanda dan komunitas pegiat sejarah Kota Toewa Magelang yang digawangi Bagus Priyatna. Setiap tahun di hari ulang tahun Johannes Van De Steur, Bagus juga selalu melakukan pengecatan pada makam dan menggelar pameran. "Saat ini, kompleks pemakaman Johannes Van De Steur masih dalam upaya pengajuan untuk dijadikan Cagar Budaya," ucapnya.
Pilihan Editor: Mengenal Ngaben, Tradisi Pembakaran Mayat di Bali, Begini Urutannya