TEMPO.CO, Yogyakarta - Desa Tinalah di Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta kini menjadi salah satu destinasi yang moncer dengan sentuhan digitalisasinya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno bahkan sempat memuji perkembangan desa wisata itu karena mampu mengemas potensinya sehingga menjadi pioneer pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan di level desa.
Di balik digitalisasi Desa Tinalah itu, ada peran kolaborasi antar kampus di Yogyakarta yang menyokongnya. Dua kampus yang terlibat menyiapkan dalam mendorong digitalisasi wisata Desa Tinalah yakni Tim Pengabdian Masyarakat (Abdimas) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) dengan Universitas Kristen Immanuel (UKRIM). “Kami menerapkan model co-creation untuk melakukan digitalisasi pariwisata di Desa Wisata Tinalah itu, jadi melibatkan akademisi dan warga setempat,” kata Ketua Tim Pengabdian Desideria Cempaka Wijaya Murti ditemui di sela Pameran Karya Universitas Atma Jaya Yogyakarta – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi di Yogyakarta, Selasa, 28 Desember 2021.
Desideria menuturkan di Desa Tinalah itu, untuk mendukung wisatanya diciptakan beragam aplikasi, seperti aplikasi Mbak Dewi yang berkolaborasi dengan warga Purwoharjo Kulonprogo. Aplikasi ini berupa teknologi kecerdasan buatan berupa media pembelajaran alam bagi wisatawan yang berkunjung di Dewi Tinalah sekaligus media interaksi wisatawan dengan warga sekitar.
Menurut Desideria, model co creation ini dilakukan dengan meningkatkan kemampuan warga sekitar atau capacity building dengan berbagai kegiatan yang berbasis dengan teknologi, seperti pelatihan tentang fotografi, videografi, transaksi cashless (transaksi secara digital tanpa uang cash), penggunaan aplikasi Mbak Dewi, kegiatan story telling terkait warisan budaya Dewi Tinalah yang diupload di media sosial masing-masing warga serta pembangunan solar charging station.
“Capacity building ini membantu warga untuk paham inovasi teknologi digital serta mengetahui daya tarik dan nilai jual dari desa mereka sendiri,” kata Desideria.
Desideria mencontohkan keberadaan solar charging station akan sangat membantu paket tur yang berbasis teknologi. Wisatawan terus dapat menikmati wisata alam dengan teknologi tanpa takut kehabisan baterai mereka.
“Solar charging station ini akan membantu interaksi guide dan wisatawan. Paket wisata alam yang menyuguhkan warisan budaya Dewi Tinalah akan bisa diinformasikan secara tuntas,” ujar Desideria.
Desideria melanjutkan bahwa digitalisasi di Dewi Tinalah memberikan keuntungan sendiri bagi warga sekitar. Hingga saat ini, jumlah kunjungan wisatawan bertambah meski pandemi Covid-19 tengah melanda.
Menurut Desideria, wisatawan tertarik untuk melihat penerapan aplikasi Mbak Dewi yang digunakan dalam wisata alamnya. “Teknologi Mbak Dewi menjadi inovasi teknologi yang bisa dipelajari oleh siapapun,” kata dia.
Adapun perwakilan kelompok sadar wisata (pokdarwis) Desa Wisata Tinalah Galuh Fahmi mengatakan model kolaborasi dalam meningkatkan digitalisasi warga sangat berguna. Menurut dia, pelatihan ini dapat mengembangkan produk wisata Desa Tinalah.
“Ini terobosan baru untuk Desa Tinalah dan berpotensi meningkatkan kunjungan wisata alam lebih optimal,” kata Galuh.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dalam kunjungannya ke Desa Tinalah Oktober lalu cukup takjub dengan pengembangan teknologi kecerdasan buatan yang digunakan dalam aplikasi Mbak Dewi salah satunya teknologi image recognition. Melalui teknologi ini, peserta kelas alam dapat melakukan foto pada benda alam dan secara otomatis informasi mengenai benda alam yang difoto akan muncul pada aplikasi Dewi Tinalah.
Teknologi akan membaca data foto benda alam (batu, burung, atau flora) tersebut, dan mengintegrasikan informasinya dengan aplikasi yang telah dibuat. Aplikasi kelas alam Mbak Dewi didesain untuk membuat interaksi dengan warga lokal yang dibalut bersama games dan outbound.
Melalui inovasi teknologi ini, Dewi Tinalah pun masuk dalam 50 besar Desa Wisata Indonesia dalam penghargaan Anugerah Desa Wisata Indonesia oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Baca juga: Kaleidoskop 2021: Kebangkitan Desa Wisata Indonesia di Tengah Pandemi