TEMPO.CO, Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengusulkan kepada pemerintah pusat agar membuka seluruh objek wisata di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Level 3 ini.
“Saat ini situasinya justru banyak wisatawan yang nekat masuk Yogya dan tidak termonitor karena tidak ada petugas yang berjaga dengan status objek wisata itu masih tutup,” ujar Sultan HB X di Yogyakarta, Rabu, 29 September 2021.
Menurut Sultan, meski saat ini uji coba sudah dilakukan di tujuh objek wisata di DIY, namun tak sedikit wisatawan yang menerobos masuk objek-objek wisata yang belum beroperasi, khususnya di kawasan pantai-pantai selatan. “Bus-bus wisata itu kan datang tengah malam, subuh, saat orang sedang enak-enaknya tidur, tidak mudah termonitor,” ujarnya.
Sultan menuturkan usulan pembukaan objek wisata seluruhnya ini dinilai akan lebih efektif karena dengan status itu otomatis petugas dan pengelola wisata akan bertugas kembali dan mengawasi gerakan wisatawan di masing-masing lokasi. “Dan wisatawan ini tak perlu datang dini hari atau malam ke obyek-obyek wisata, hanya saja pengawasan pada wisatawan saat objek wisata beroperasi harus lebih ketat,” kata dia.
Dengan masih ditutupnya sebagian besar objek wisata di Yogya, Sultan menimbang resiko penularan Covid-19 justru lebih besar. Karena selain tak ada pengawasan wisatawan, konsentrasi kedatangan wisatawan cenderung terpusat di wilayah-wilayah destinasi terbuka.
“Misalnya di Pantai Parangtritis yang belakangan selalu ramai. Apakah mereka yang datang ke sana itu sudah patuh protokol, memakai aplikasi PeduliLindungi, sudah vaksin, pakai masker? Kan tidak ada yang mengawasi,” ujar Sultan.
Begitu pun ketika semua objek wisata dibuka dan terjadi lonjakan wisatawan ke Yogya. Sultan menuturkan hal itu juga akan sulit diantisipasi selain memperketat pengawasan protokol kesehatan.
“Kami kan jelas tidak mungkin menutup jalan ke Yogya, tapi lebih baik kan ada petugas yang mengawasi daripada tidak ada sama sekali,” kata Sultan.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DIY Noviar Rahmad menuturkan saat semua objek wisata belum dibuka, yang terjadi di lapangan wisatawan khususnya luar Yogya mencoba berbagai cara agar bisa masuk meski jalan utama disekat dan dijaga petugas. “Seperti di Gunungkidul, banyak masyarakat lokal menawarkan jasa menjadi penunjuk arah melalui jalur alternatif sehingga wisatawan tetap bisa masuk destinasi, istilahnya menjadi joki,” ujarnya.
Noviar menuturkan maraknya joki akses wisata itu karena banyak pelaku usaha wisata di sekitar destinasi Yogyakarta kehilangan mata pencaharian karena objek wisata ditutup pemerintah. “Latar belakanganya persoalan ekonomi, sehingga banyak yang beralih ke profesi joki akses wisata itu,” kata dia.
Baca juga: Tak Jadi Uji Coba Buka, Taman Pintar Yogyakarta Luncurkan Dua Layanan Virtual