Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jauh Sebelum Portugis Membawa Cabai, Sambal Sudah Jadi Tradisi di Nusantara

Reporter

Sambal Kecap (Kiri), Sambal Cobek (atas), Sambal tomat (kanan), dan Sambal terasi (bawah) sebagai penyedap rasa udang bakar madu Mang Engking. TEMPO/Ilham Tirta
Sambal Kecap (Kiri), Sambal Cobek (atas), Sambal tomat (kanan), dan Sambal terasi (bawah) sebagai penyedap rasa udang bakar madu Mang Engking. TEMPO/Ilham Tirta
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sambal, sudah jadi bagian dari selera lidah orang Indonesia. Tiap daerah punya variasi sambal khas masing-masing, ada yang pedas, manis, asem. Hal inilah justru jadi penanda identitas suatu daerah mulai dari sabang sampai merauke.

Dikutip dari laman resmi Unpad, Dosen Departemen Sejarah dan Filologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Fadly Rahman menjelaskan bahwa fungsi sambal sebagai penggugah selera makan telah ada sejak dulu.

Tak ayal, tiap sambal punya jejak cerita nusantara. Senada dengan itu Ahli arkeologi Jawa Kuna, Timbul Haryono dan H.I.R. Hinzler bahkan menemukan bukti bahwa sambal telah jadi bagian dari menu makan masyarakat Jawa jauh sebelum cabai (Capsicum) dari Benua Amerika yang dibawa orang-orang Portugis pada abad ke-16 tumbuh di Nusantara.

“Sebelum cabai masuk ke Nusantara, nenek moyang orang Jawa menggunakan cabya jawa (Piper retrofractum), lada (Piper nigrum), dan jahe (Zingiber officinale) sebagai bahan membuat sambal. Lain hal dengan di Sumatra Utara yang memiliki andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC), tanaman khas yang sejak dulu hingga kini digunakan sebagai pecitarasa pedas,” ujar Fadly.

Lebih lanjut lagi kata Fadly tokoh pergerakan nasional seperti Tjipto Mangoenkoesoemo, pecinta  sambal terasi dan sambal goreng tempe yang melengkapi hidangan kegemarannya seperti gudeg, sayur asam, sayur lodeh, ikan asin, dan pecel.

Begitupun Bapak Pendidikan Indonesia Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hadjar Dewantara. Soewardi kerap menjamu makan saudara-saudara sebangsanya dengan sambal goreng ati masa pengasingannya di Belanda (1913 – 1919).

Sukarno pun seorang pecinta sambal berdasarkan penuturan kisah Inggit Garnasih dan Fatmawati. Kedua istrinya itu kerap menyiapkan sambal sebagai pelengkap hidangan favorit sang suami seperti sayur lodeh, sayur asem, dan tempe.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fadly mengaitkan antara rasa pedas dengan nyali perjuangan. Ada senyawa capsaicin dari setiap cabai dalam sambal yang dinikmati para tokoh bangsa pada masa lalu. Katanya bukan hanya sekadar memunculkan efek pedas, namun capsaicin juga menghasilkan suatu zat yang dinamakan endorphin. Mungkin dapat dialegorikan bahwa efek endorphin telah merasuk dalam jiwa mereka. “Dengan sensasi pedasnya, sambal telah turut serta dalam menggugah semangat kebangsaan,” tutupnya.

Tidak banyak catatan mengenai sambal. Sebuah bukti ontentik sementara dapat dianggap sebagai yang tertua ada manuskrip Serat Centhini yang dibuat pada 1814. Serat Centhini tersebut berisi pengetahuan tentang keagamaan, kesenian, ramalan, sulap hingga makanan dan minuman tradisional Jawa. Didalamnya diulas 46 jenis sambal, diantaranya ada sambal kluwak, sambal gocek, sambal trancam congor, serta sambal cempaluk dan beberapa jenis sambal lainnya.

Uniknya lagi konon beberapa resep sambal nusantara masuk buku masak masa kolonial. Beberapa di antaranya adalah sambel goreng, sambal oelek, sambel badjak, sambel brandal, sambel serdadoe, dan sambel setan.

RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION

Baca juga:  6 Jenis Sambal Pelengkapi Kuliner Nusantara, Bajak Sampai Tempoyak

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Pandemi Covid-19 Membuat Pencari Resep Semakin Banyak

6 jam lalu

Dari kiri, Brand Ambassador Momasa Dian Widayanti;  Presiden Komisaris Momasa, Dewa Eka Prayoga; CEO Momasa, Yushan Faruriza pada Peluncuran aplikasi kuliner halal Momasa pada 6 Juni 2023/Momasa
Pandemi Covid-19 Membuat Pencari Resep Semakin Banyak

Pertumbuhan para pencari resep sangat pesat. Percepatan itu sangat dipercepat oleh adanya Pandemi Covid-19.


Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dibawa ke Pantai

6 jam lalu

Ilustrasi berlibur di pantai. Shutterstock
Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dibawa ke Pantai

Ternyata tak semua jenis makanan baik dibawa ke pantai. Berikut jenis makanan yang sebaiknya tak dibawa ke pantai.


Sering Dialami saat Perut Masih Penuh, Begini Cara Mengatasi Lapar Palsu

14 jam lalu

Ilustrasi wanita lapar. shutterstock.com
Sering Dialami saat Perut Masih Penuh, Begini Cara Mengatasi Lapar Palsu

False hunger atau lapar palsu adalah perasaan yang timbul ketika Anda mengalami emosi yang biasanya Anda atasi dengan makanan. Inilah cara menangani lapar palsu.


Inilah 5 Makanan dan Minuman yang Membantu Tidur Nyenyak

2 hari lalu

Ilustrasi perempuan tidur. Foto: Freepik.com
Inilah 5 Makanan dan Minuman yang Membantu Tidur Nyenyak

Beberapa makanan dan minuman ini mengandung senyawa yang membantu mengontrol bagian siklus tidur.


Mencicip Sop Senerek Bu Atmo, Kuliner Khas Magelang yang Usianya Separuh Abad

3 hari lalu

Sop Senerek Bu Atmo Khas Magelang. Tempo/Arimbihp
Mencicip Sop Senerek Bu Atmo, Kuliner Khas Magelang yang Usianya Separuh Abad

Berbeda dengan kuliner sop di daerah lain yang biasanya bercitarasa gurih, Sop Senerek Bu Atmo identik dengan kuah manis.


Tips Mencari Makanan Halal di Dalam dan Luar Negeri

3 hari lalu

Berbagai makanan halal khas Korea di Manis Kitchen, Seoul, Korea Selatan. TEMPO | Purwani Diyah Prabandari
Tips Mencari Makanan Halal di Dalam dan Luar Negeri

Berikut beberapa tips bagi kaum Muslim yang ingin menikmati makanan halal, bukan hanya di luar negeri tapi juga di dalam negeri.


Hari Keamanan Pangan Dunia 2023, FAO: Perlunya Standardisasi Pangan

3 hari lalu

Kelompok perempuan mempersiapkan ikan untuk membuat kerupuk ikan di Banyuwangi Jawa Timur  FAO/Mia Priludina (SSF)
Hari Keamanan Pangan Dunia 2023, FAO: Perlunya Standardisasi Pangan

Setiap 7 Juni, diperingati sebagai Hari Keamanan Pangan Dunia 2023. FAO soroti peningkatan kesadaran tentang keamanan pangan bagi masyarakat.


7 Kuliner Pasar Kranggan Jogja, Pemburu Hidden Gems Merapat!

4 hari lalu

Pedagang pasar Krangggan, Jogja. ANTARA
7 Kuliner Pasar Kranggan Jogja, Pemburu Hidden Gems Merapat!

Anda akan merasakan akulturasi kuliner seperti ramen, kwetiau, juga western ala Jogja di TFP Kopi Warung yang ada di Pasar Kranggan, Yogyakarta.


Gas Berlebih dan Sering Sendawa? Lakukan Hal Berikut

4 hari lalu

Ilustrasi bayi bersendawa. shutterstock.com
Gas Berlebih dan Sering Sendawa? Lakukan Hal Berikut

Sendawa yang terjadi secara terus-menerus atau berlebihan dapat mengganggu orang-orang di sekitar. Berikut beberapa tips mudah mengatasinya.


Keju Bikin Makanan Indonesia Jadi Naik Kelas

5 hari lalu

Dalam merayakan Hari Keju Sedunia, MEG Cheese mengadakan perayaan MEG Cheese Day pada tanggal 3 - 4 Juni 2023 di Summarecon Mall Serpong/Meg Cheese
Keju Bikin Makanan Indonesia Jadi Naik Kelas

Meg Cheese rayakan peringatan Hari Keju Sedunia dengan menggelar Meg Cheese Day