TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah pohon Gingko raksasa di Kuil Zenpukuji dikatakan sebagai pohon tertua di Tokyo. Tingginya hanya 20 meter dengan kelilingnya hampir 10 meter dan sejarahnya sangat terikat dengan kuil itu.
Kuil Zenpukuji didirikan pada 824 oleh Kobo Daishi, pendiri sekte Shingon Buddha. Pada 1232, Saint Ryokai, kepala biara kuil, beralih kesetiaan dan menjadi pengikut Shinran Shonin, pendiri sekte saingan Jodo Shinshu.
Menurut legenda, suatu hari, ketika Shinran Shonin meninggalkan kuil setelah mengajari Saint Ryokai prinsip sekte-nya, dia menusukkan tongkatnya di tanah untuk menunjukkan bagaimana pengikut sekte lain menghadapi pemusnahan spiritual, kecuali mereka mulai mengikuti ajarannya.
Tongkat Shinran Shonin itu tiba-tiba mulai menumbuhkan tunas dan cabang. Akar tumbuh dari ujung tongkatnya dan menenggelamkan diri ke dalam tanah, dan dalam waktu singkat telah menjadi pohon gingko yang megah.
Sebagai pengakuan atas cerita gaib itu, pemerintah Jepang menetapkan Pohon Gingko Raksasa di Zenpukuji sebagai Monumen Alam pada 1926. Menjelang akhir Perang Dunia II, sebuah bom pembakar meledak di dekatnya sehingga membelah batang pohon menjadi dua dan membakar cabang-cabangnya. Namun entah bagaimana pohon itu bertahan dan kini menjadi pengingat dari Edo kuno di masa Tokyo modern sekarang.
Kuil Zenpukuji juga menyimpan sejarah lain. Setelah kesimpulan Perjanjian dan Persahabatan antara Amerika Serikat dan Jepang pada Juni 1858, Zenpukuji adalah situs kedutaan Amerika yang pertama. Anda dapat melihat sebuah plakat batu dengan rupa pendeta pertamanya, Townsend Harris, di halaman kuil.
Pada masa-masa awal itu, Kedutaan Amerika terbatas pada ruang tamu yang bersebelahan dengan kuil dekat pohon itu. Ketika diserang dan dibakar sampai rata dengan tanah oleh samurai yang marah dari domain Mito, orang Amerika dipaksa pindah ke bagian utama kuil, di mana mereka tinggal sampai mereka pindah ke Permukiman Tsukiji, zona khusus pemerintah Meiji Jepang untuk orang asing pada 1875.
Baca juga: Penduduk Tokyo Tetap Nikmati Mekarnya Bunga Sakura Meski Ada Peringatan Covid-19