TEMPO.CO, Yogyakarta - Setelah tiga bulan menjalani masa sulit akibat pandemi Covid-19, beberapa destinasi wisata mulai membuka diri secara bertahap. Namun, bulan Juni ini berbagai daerah mulai bersiap menerima lagi kunjungan wisatawan.
Termasuk Kota Solo di Jawa Tengah yang populer dengan wisata budaya, sejarah, religi, kuliner hingga modern. Melalui obrolan live instagram yang digelar HIS Travel Indonesia bersama @pariwisatasolo pada Rabu 17 Juni 2020, Ketua Badan Promosi Pariwisata Kota Surakarta Bendoro Raden Mas (BRM) Bambang Irawan membeberkan persiapan Solo menyambut wisata new normal.
“Yang relatif konsisten beroperasi (selama pandemi) sebenarnya sektor akomodasi. Sektor akomodasi yang sempat tutup, minggu ini juga sudah buka kembali,” ujar Bambang Irawan.
Pria yang mengajar di Universitas Negeri Sebelas Maret Solo itu menuturkan, pihaknya sempat memantau sejumlah restoran besar dan spot-spot kuliner jalanan di Solo juga sudah beroperasi pekan ini.
Meski demikian untuk restoran besar tetap jam operasionalnya terbatas hingga pukul 20.00 WIB. Sementara untuk kuliner jalanan di Solo, seperti wedang ronde, tengkleng, dan angkringan bisa beroperasi sampai jam 23.00 WIB.
Baca: Wisata Belanja Solo Great Sale Usai, Total Rp 809 Miliar
Dalam obrolan yang dipandu host dari HIS Travel Indonesia, Andri, Bambang menuturkan objek-objek wisata seperti Keraton Solo, Pura Mangkunegaran, Museum Radya Pustaka, kebun binatang Solo Zoo, Taman Balekambang saat ini sudah tahap final persiapan protokol kesehatan.
“Persiapan protokol destinasi di Solo ini untuk memastikan wisatawan yang berkunjung nanti benar-benar safe,” ujar Bambang yang merupakan cucu dari Raja Keraton Solo, Pakubuwono X itu.
“Basicly we are ready. Sektor pariwisata juga perdagangan secara umum di Solo siap menggeliat kembali,” imbuh Bambang.
Dari hasil riset sektor wisata yang diperolehnya, Bambang menuturkan sejak 2012 lalu pada dasarnya wisatawan yang berkunjung ke Solo kebanyakan melakukan tiga hal. Dari riset itu, peringkat teratas hal paling banyak dilakukan wisatawan saat ke Solo adalah berbelanja batik.
Bambang menilai belanja batik menjadi kegiatan pertama wisatawan karena terdorong pada sejumlah faktor. Pertama batik Solo harganya realtif murah.
Rentang harga batik di Solo pun beragam, mulai Rp30.000 hingga Rp5 juta. Selain itu banyaknya tawaran spot produksi batik di Solo juga menjadi penguat aktivitas belanja batik wisatawan. Tercatat di Solo ada tiga kampung penghasil batik yakni Laweyan, Sondakan, dan Kauman.
Dari riset itu aktivitas peringkat kedua yang dilakukan wisatawan saat di Solo tak lain wisata kuliner. Tebaran jajanan malam Solo nan khas dan murah meriah menjadi pendorong aktivitas itu. Seperti beef steak atau bestik Solo, timlo Solo, nasi liwet, sate kere, dan tengkleng Solo.
Di peringkat ketiga, wisatawan terbanyak ke Solo untuk menikmati atraksi malam harinya. Seperti pertunjukan ketoprak di Balekambang, wayang Sriwedari dan lainnya.
Bambang menuturkan, kunjungan wisatawan baik mancanegara dan nusantara di Solo tahun 2019 lalu berkisar 1,2 juta orang. Ia membeberkan jika tahun 2019 lalu kunjungan wisatawan nusantara saja 800.000 orang, perputararan uang yang terserap atau terjadi sudah sekitar Rp800 miliar.
Pedagang melintas di depan Kraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah, 3 Maret 2017. Kraton menjadi salah satu tujuan utama mereka menjual dagangan kepada wisatawan lokal usai mengunjungi tempat tersebut. TEMPO/Bram Selo Agung
Angka ini belum meliputi dampak turunannya atau efek lanjutannya. “Itu yang membuat hidupnya bisnis-bisnis kecil yang berkaitan dengan pariwisata,” ujarnya.
Bambang menambahkan dengan sebaran objek wisata dan kuliner di Solo, ia menyarankan idealnya berkunjung ke Solo 3 malam 4 hari. Sehingga wisatawan benar benar bisa menjelajahi kekayaan kuliner Solo, khususnya malam hari yang begitu hidup.
PRIBADI WICAKSONO