TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan Nusa Dua, Bali direncanakan menjadi proyek percontohan penerapan program Cleanliness, Health, and Safety atau CHS untuk destinasi wisata new normal.
Kawasan Nusa Dua dipilih karena lokasi yang strategis dan merupakan area eksklusif, sehingga mudah diawasi. Kawasan Nusa Dua juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung mulai dari akomodasi, amenitas, sampai rumah sakit berskala internasional.
Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif - Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Nia Niscaya mengatakan Indonesia, seperti banyak negara, tengah fokus pada penyiapan new normal sebagai persiapan menyambut kembali turis. "Cleanliness, Health, and Safety atau CHS itulah yang kami siapkan," kata Nia Niscaya dalam keterangan tertulis, Jumat 5 Juni 2020. "Kami optimistis mampu menyambut wisatawan dengan pengalaman yang baru dan menarik."
Menurut dia, sebelum membuka destinasi wisata baru, pemerintah bersama masyarakat perlu membangun percaya diri agar memberikan rasa aman dan nyaman kepada wisatawan. Kementerian Pariwisata, Nia melanjutkan, membagi dua tahapan menuju new normal hingga kembali siap menyambut wisatawan mancanegara.
Tahap pertama adalah Gaining Confidence dan Appealing serta tahap kedua berupa training, simulasi, publikasi, dan kampanye serta aplikasi penerapan Cleanliness, Health, and Safety atau CHS. Gaining Confidence dimulai dari menyiapkan protokol Cleanliness, Health, and Safety atau CHS yang dikemas melalui video tutorial yang menarik dan buku panduan yang mudah dimengerti bagi pemangku kepentingan pariwisata, seperti hotel, restoran, pusat perbelanjaan, destinasi wisata, dan lainnya.
Dalam tahapan appealing, Kementerian Pariwisata akan menjalankan sejumlah program, seperti Mega Famtrip dengan melibatkan key opinion leader (KOL), media, serta travel agent (TA), dan tour operator (TO). Ada juga upaya membuat joint promotion dengan membuat paket tur bersama maskapai penerbangan dan TA/TO, serta menyiapkan penyelenggaraan kegiatan MICE dalam skala kecil.
"Namun kami tekankan bahwa pembukaan destinasi wisata bergantung pada keputusan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 dan pemerintah daerah," kata Nia Niscaya. "Sebab setiap destinasi wisata memiliki situasi dan kondisi yang berbeda.