TEMPO.CO, Jakarta - Satu per satu kota di Cina dibuka, kecuali Wuhan, ibu kota provinsi Hubei -- meskipun kota-kota lain di provinsi itu telah dibuka. Tapi, dibukanya kota-kota di Cina memicu kekhawatiran datangnya wabah virus corona.
Pasalnya, warga yang terlalu lama mengalami karantina, memadati destinasi-destinasi wisata dan mengabaikan pembatasan jarak. Tempat-tempat wisata seperti pelabuhan Bund di Shanghai dan Gunung Huangshan di provinsi Anhui penuh pengunjung pada akhir pekan lalu.
Restoran-restoran yang kembali dibuka setelah hampir dua bulan tutup karena lockdown juga mulai sibuk lagi. Di Beijing, taman-taman kota mendadak hidup lagi, dipenuhi warga.
Sebuah foto beredar viral yang memotret ribuan wisatawan memadati Gunung Huangshan di provinsi Anhui, pada Sabtu, 4 Maret 2020. Ribuan orang itu tampak berjalan berhimpitan di jalur sempit. Banyak di antara mereka masih mengenakan masker.
Saking membludaknya pengunjung, Gunung Huangshan mencapai limit kunjungan 20.000 pengunjung sekitar pukul 07.48 pada Hari Minggu, 5 April 2020, seperti laporan People mengutip Global Times. Pengunjung yang sudah kadung antre di depan disuruh pulang untuk datang kembali pada lain hari.
Euforia warga itu, mendapat perhatian para ahli kesehatan. Zeng Guang, kepala ahli epidemiologi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina, mengatakan kepada Health Times bahwa wabah corona di Cina belum berakhir.
"Cina belum mendekati akhir, tetapi telah memasuki tahap baru. Dengan meluasnya epidemi global, Cina belum mencapai akhir," kata dia.
Dalam minggu-minggu sebelumnya, pemerintah China telah berhati-hati dalam membuka kembali tempat-tempat umum, terlalu cepat dan memicu gelombang kedua infeksi.
Sementara itu, Shanghai Disneyland tetap ditutup. Disneytown, Wishing Star Park dan Shanghai Disneyland Hotel telah dibuka kembali, dengan kapasitas terbatas dan mengurangi jam operasi.