TEMPO.CO, Jakarta - Wabah corona (Covid-19) menciptakan krisis dunia, melumpuhkan ekonomi terutama industri pariwisata. Nama corona, sejatinya telah muncul di abad pertengahan, yang merujuk kepada pengikut Kristen yang taat, yang kemudian menjadi Santo Corona
Relik sang santo itu, menurut Atlas Obscura, tersimpan di Katedral Aachen di Jerman bagian barat. Kini, katedral itu mengklaim memiliki hubungan spiritual khusus dengan krisis virus corona global (Covid-19). Terlebih lagi, Santo Corona diyakini sebagai santo pelindung terhadap wabah.
Setahun sebelum wabah virus corona menjangkiti Eropa, Katedral Aachen merencanakan untuk untuk memamerkan relik tersebut kepada publik pada musim panas 2020. Namun virus corona yang merebak, membuat katedral itu mengutungkan niatnya. Uniknya, di saat didera musibah, religius orang-orang Eropa meningkat, dan keingintahuan terhadap Santo Corona juga meningkat.
Publik pun mulai menggali kisah sang santo. Menurut Catholic Online, Corona diyakini hidup pada abad kedua di Suriah -- yang saat itu diduduki Romawi. Rezim Romawi di Suriah melarang ibadah umat Nasrani saat itu. Ketika seorang prajurit Romawi bernama Victor terungkap rahasianya mengimani ajaran Kristen, ia pun disiksa. Corona memutuskan mengakui secara terbuka kekristenannya sebagai tindakan solidaritas.
Alkisah, Hakim Romawi, Sebastian, akhirnya mengeksekusi mereka berdua. Masih menurut Catholic Online, jenazah mereka mungkin terletak di Anzu, di Italia utara, di Basilika Santo Suci Victor yang dibangun pada abad ke -11. Anzu merupakan wilayah di Italia utara yang paling parah dilanda pandemi.
Candida Moss, seorang teolog di University of Birmingham, di Inggris, baru-baru ini men-tweet bahwa sisa-sisa Saint Corona, memang, di Anzù, bukan Aachen — dengan asumsi bahwa Santo Corona pernah hidup di tempat pertama. Dalam sebuah email, Moss menguraikan bukti yang menunjukkan Corona adalah sosok nyata.
Lukisan Santo Corona abad ke-14 karya Master of Palazzo Venezia Madonna. Wikimedia/Museum Statens For Kunst
Lebih jauh lagi, menurut Moss sebagaimana dinukil Artnet, Santo Corona bukanlah salah satu santo pelindung sejarah penyakit menular, bertentangan dengan informasi yang menyebar di tengah-tengah wabah Covid-19. Memang, menurut Catholic Online, Corona dikaitkan dengan takhayul yang melibatkan uang, seperti perjudian atau perburuan harta karun. Tradisi lain menyatakan bahwa Santo Corona adalah pelindung penebang pohon, karena dia mati syahid saat diikat ke dua pohon.
Bahkan jika pandangan-pandangan tentang Santo Corona ini telah mendominasi secara historis, Moss mengatakan mungkin saja kelompok-kelompok yang berbeda telah memandang orang suci dengan cara yang berbeda. "Pemujaan orang-orang kudus adalah urusan yang sangat regional," kata Moss kepada Artnet.
Sebagai contoh, ia mengutip Santo Edmund — santo pelindung lain terhadap wabah — yang tidak terkait dengan penyakit sampai 700 tahun setelah kematiannya. Alasannya, kata Moss, adalah wabah di kota Prancis, Toulouse, di mana terdapat peninggalan Edmund, yang menyebabkan penduduk kota berdoa kepadanya untuk perlindungan.
Di Austria bagian timur, nama Santo Corona muncul di Kota Kirchberg am Wechsel — rumah bagi Gereja Paroki Santo Corona (Pfarrkirche St. Corona). Wayback Machine mengulas Santo Corona dengan menyatakan bahwa, Holy Corona berfungsi sebagai penganjur untuk memohon ketabahan dalam iman, untuk meminta perlindungan dari badai dan kegagalan panen, untuk mencegah epidemi dan untuk meminta bantuan dalam kebutuhan kecil kehidupan sehari-hari.
Daniela Lvenvenich, juru bicara Katedral Aachen, juga mengatakan kepada Artnet bahwa hubungan Saint Corona dengan wabah “mungkin” berasal dari Kirchberg am Wechsel, bukan dari Aachen atau Anzù.
Pfarrkirche juga berusaha untuk mengklarifikasi beberapa informasi yang simpang siur seputar relik Santo Corona dan keberadaan mereka. Menurut informasi yang dikumpulkan Pfarrkirche, relik Santo Corona tersebar antara Italia dan Aachen -- tempat Kaisar Romawi Suci Otto III menyerahkan beberapa relik pada tahun 997.
Kuil emas tempat penyimpanan relik Santo Corona di Katedral Aachen, Jerman. Foto: REUTERS/Thilo Schmuelgen
Jadi selama ini, Santo Corona mungkin hanya dikaitkan dengan penyakit di satu kota kecil Austria. Lalu jadi simbol perlindungan terhadap wabah yang mendunia – karena kesamaan nama, “Tradisi suci selalu tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu ketika orang-orang memanggil orang-orang kudus setempat untuk bantuan dalam situasi krisis,” ujar Moss.
Meski begitu, lebih baik jika warga dapat menemukan kenyamanan dengan Santo Corona, sepanjang mereka juga mau mengisolasi diri.