TEMPO.CO, Jakarta - Rombongan pelajar Cina menyewa jet pribadi agar bisa segera keluar dari Amerika Serikat dalam situasi pandemi virus corona (Covid-19).
Langkah itu dilakukan, karena jumlah kasus Covid-19 terus meningkat di Amerika Serikat, sebagaimana dilaporkan Independent, belum lama ini. Rombongan pelajar Cina itu membayar sekitar US$24.000 atau setara Rp392 juta.
Para pelajar Cina dari kalangan keluarga kaya itu, ingin segera melakukan perjalanan 60 jam. Mereka harus melewati lompatan transit di Pasifik menggunakan pesawat jet pribadi, untuk memastikan diri bisa kembali ke rumah. Adapun data terbaru, saat ini Amerika Serikat memiliki 163.000 kasus Covid-19. Diketahui pasien Covid-19 yang meninggal dunia berjumlah 3.017.
Direktur Komersial Private Fly Annelies Garcia mengatakan bahwa agen pendidikan serta berbagai sekolah Amerika, saling berkontak atas nama keluarga Cina yang ingin berkumpul bersama. "Mengingat kurang penerbangan maskapai,” katanya. Private Fly adalah perusahaan layanan pemesanan global untuk penerbangan sewa jet.
Dalam dua bulan pertama tahun ini, terjadi lonjakan penerbangan jet pribadi dari Cina ke Amerika Serikat, Australia serta negara lain. Namun keadaan itu kini telah berbaik, ketika pandemi Covid-19 merebak di Eropa dan Amerika Serikat, sementara keadaan di Cina berangsur membaik.
Bandara Internasional Hong Kong melaporkan salah satu hari sibuk dalam catatan aktivitas jet pribadi pada awal Maret lalu. Ketika para konglomerat Cina bergegas kembali ke wilayah tersebut. Keadaan itu dipicu karena berkurang penerbangan komersial, sehingga banyak orang dari luar negeri sulit untuk pulang.
Penyedia layanan sewa pesawat, Air Charter Service di Amerika Serikat mengatur armada jet pribadi yang akan menerbangkan warga Cina pulang dari Los Angeles ke Shanghai. Namun ihwal harga bervariasi.
"Sangat tergantung posisi pesawat pada tanggal dan waktu yang diminta, dan rute yang tepat," kata Hubungan Masyarakat Air Charter Service, Glenn Phillips, sebagaimana dikutip dari laporan New York Post.
INDEPENDENT | NEW YORK POST