Saat dihubungi TEMPO, Ayu mengaku rutin melakukan sembahyang di Candi Cetho. "Setiap bulan saya ke Candi Cetho bersama keluarga," katanya, Selasa 7 Januari 2020. Selama ini dia bisa mengakses candi tersebut tanpa perlu membeli tiket.
Pada Ahad lalu, dia bersama keluarganya kembali ke Candi Cetho untuk sembahyang. "Kami telah mengenakan pakaian adat dan membawa sesajen lengkap," katanya. Namun, dia kaget saat petugas di candi itu mewajibkan mereka untuk membeli tiket masuk.
Ayu sempat berdebat dengan penjaga obyek wisata Candi Cetho. Menurutnya, candi tersebut merupakan tempat ibadat bagi penganut Hindu. "Tapi percuma, penjaganya tetap ngotot," katanya.
Dia mengaku sedih dengan kebijakan yang diambil oleh pengelola candi tersebut. "Yang saya permasalahkan bukanlah urusan nominal harga tiketnya," kata dia. Sebagai informasi, harga tiket masuk ke kawasan Candi Cetho besarnya Rp10.000.
Menurutnya, masyarakat Hindu telah menganggap Candi Cetho sebagai rumahnya. Meski telah mengelola candi sebagai tempat wisata, dia berharap pemerintah tetap memperlakukan candi sebagai sebuah tempat sembahyang. "Harus membedakan antara wisatawan dengan umat yang akan melakukan sembahyang," katanya.
Warga Semarang, Ayu Purnowo memprotes umat Hindu yang ingin beribadat di Candi Cetho dikenai biaya. Foto: Facebook
Koordinator Lapangan Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Karanganyar, Nardi mengatakan bahwa tarif tiket tersebut telah disepakati bersama oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan. "Jadi memang Candi Cetho ini merupakan tempat cagar budaya sekaligus destinasi wisata," katanya.
Menurutnya, petugas di lapangan hanya menjalankan kerja sama dari dua instansi tersebut. "Jadi candi ini bukan Pura, sehingga semua pengunjung kena tiket," kata dia.
AHMAD RAFIQ