TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan destinasi wisata Dusun Bambu yang terletak di Jalan Kolonel Masturi KM 11 Cisarua, Bandung Barat, berawal dari keprihatinan. Lahan ini tidak diperhatikan lagi oleh para petani seusai panen. Hingga pada 2008, beberapa pengusaha berusaha memperbaiki dan mengubah lahan itu menjadi tempat konservasi tanaman bambu sekaligus ekowanawisata.
Di atas lahan seluas 15 hektare itu kemudian ditanami 100 ribu bibit tanaman bambu. Tentu dengan melibatkan arsitek untuk mengatur letak penanaman dan desain secara keseluruhan agar bisa menjadi tempat rekreasi sekaligus menjaga kelestarian alam. Upaya penghijauan Dusun Bambu ini memakan waktu sekitar 3 tahun, hingga 2011.
Baca Juga:
Setelah vegetasi alam Dusun Bambu pulih, barulah dibuat beberapa bangunan dengan konsep hijau. Bangunan tersebut mesti menyatu dengan alam sekaligus memiliki nilai estetika. Pada 16 Januari 2014, Dusun Bambu menjadi ekowanawisata pertama di Jawa Barat dengan misi edukasi, ekonomi, etnologi, etika, estetika, dan entertainment atau 6E. Di Dusun Bambu terdapat danau, pemandangan yang indah, area outbond, sampai tempat kuliner.
Wisatawan berfoto saat menikmati keindahan tempat makan, `Lutung Kasarung`di kawasan wisata Dusun Bambu di Situ Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat, 22 Februari 2015. Dinamakan Lutung Kasarung karena tempat makan tersebut berbentuk sarang burung. TEMPO/Fardi Bestari
Ketua Yayasan Seniman Bambu di Dusun Bambu, Wawan Dandawan Margadipradja mengatakan tidak mudah mengenalkan tempat ini menjadi lokasi wisata yang menarik. Awalnya mereka menyasar wisatawan asing karena mereka menyukai alam. Namun seiring waktu, wisatawan domestik juga berdatangan. Jumlah pengunjung Dusun Bambu meningkat setiap tahun. Pada tahun baru misalnya, sekitar 7 sampai 15 ribu wisatawan.
Destinasi wisata di Bandung yang juga mengusung tema bambu adalah Saung Angklung Udjo di Jalan Padasuka. Di sana terdapat tempat pertunjukan, pusat kerajinan tangan dari bambu, dan workshop instrumen musik dari bambu. Saung Angklung Udjo juga menjadi laboratorium pendidikan dan pusat belajar kebudayaan Sunda, khususnya angklung.
Petugas mengumpulkan ribuan angklung buatan sekitar 25 sentra pengrajin untuk diberi sentuhan akhir dan di tala ulang di Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat, 17 April 2015. Angklung tersebut untuk pemecahan rekor dunia Angklung For The World yang melibatkan 20.000 pemain sebagai bagian dari perhelatan Konferensi Asia Afrika ke-60. TEMPO/Prima Mulia
Saung Angklung Udjo berdiri pada 1966 oleh seniman Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati. Mereka ingin melestarikan kesenian tradisional Sunda dengan menghadirkan tempat untuk mempelajarinya sekaligus menghadirkan nuansa bambu, bahan alat musik angklung. Aneka kerajinan bambu dan interior bambu hingga beragam alat musik yang terbuat dari bambu bisa dijumpai di sana.