TEMPO.CO, Jakarta - Bagi daerah yang tak memiliki objek wisata, namun ingin mengangguk pendapatan dari pariwisata, Yogyakarta bisa jadi rujukan. Kuncinya: wilayah tersebut memeiliki manajemen dan promosi yang kuat, bukan sekadar objek wisata yang dimiliki.
Misalnya saja kampung-kampung yang ada di Yogyakarta, yang tak memiliki obyek, didorong agar fokus menggarap potensi yang tumbuh tanpa harus iri pada kampung lain yang ditunjang obyek khusus. Contoh nyata Kampung Patuk Kelurahan Ngampilan.
Nama Patuk kini bukan sekedar nama kampung yang berada di balik ramainya Jalan Malioboro. Namun sudah terlanjur tenar sebagai kampung penghasil makanan khas Yogyakarta, bakpia.
Ratusan rumah tangga mengandalkan hidupnya dengan memproduksi bakpia. Untuk meneguhkan Patuk sebagai sentra bakpia-nya Yogyakarta, tak cukup hanya produksi.
Pemerintah Kota dan paguyuban pengusaha bakpia, sejak delapan tahun silam melahirkan sebuah tradisi bernama Merti Bakpia: sebuah hajatan syukuran, sekaligus promosi dalam bentuk arak-arakan budaya mirip Grebeg Keraton, namun membawa gunungan berisi ribuan bakpia untuk dirayah atau diperebutkan warga dan wisatawan yang datang.
Seperti terlihat dalam Merti Bakpia yang digelar di Patuk Ngampilan Yogyakarta, Minggu (20/10) sore lalu. Ini adalah tahun ke-8 para pengusaha bakpia di Patuk membagikan bakpia gratis, yang dikemas secara unik dengan acara kirab gunungan bakpia.
Dalam acara merti bakpia ini disuguhkan tiga buah gunungan berisi bakpia. Ribuan bakpia itu disiapkan paguyuban pengusaha bakpia, seperti Koperasi Sumekar dan Paguyuban Laris Manis Kecamatan Ngampilan.
Dalam acara tersebut, sebanyak 15 kelompok peserta yang berasal dari Rukun Warga (RW) se-kelurahan Ngampilan turut serta.
Selain grebeg bakpia juga dimeriahkan berbagai acara kesenian di sepanjang Jalan KS Tubun. Di setiap bungkusan bakpia yang diarak dan dibagikan gratis itu, juga ada voucher untuk mengambil bakpia di tempat pembuat atau pengusaha yang disebut.
“Merti Bakpia ini memang sengaja digelar untuk menarik wisatawan juga untuk membantu promosi usaha bakpia yang berskala kecil ke pasaran,” ujar tokoh perajin bakpia Patuk yang juga Ketua Pelaksana Merti Bakpia 2019, Ristituta Nur Hidayati.
Nur mengatakan dengan mengenalkan bakpia kepada masyarakat, harapannya menambah daya jual bakpia dan ujungnya meningkatkan ekonomi pelaku UMKM bakpia di Patuk, “Sebagai sentra bakpia, tentu kami ingin terus mengenalkan bakpia sebagai oleh-oleh khas dari Yogyakarta,"katanya.
Merti Bakpia seperti acara Grebeg Keraton, pengusaha bakpia membagi-bagian dan mempromosikan bakpia kepada wisatawan namun dikemas seperti festival budaya. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Rute kirab Merti Bakpia dimulai dari eks Pabrik Tegel menuju Jalan Letjen Suprapto, Jalan KH Ahmad Dahlan, Jalan Karel Sasuit Tubun, hingga kembali ke eks Pabrik Tegel yang merupakan jalur akses dekat Malioboro yang kerap dilewati wisatawan.
Sedangkan rayahan bakpia di acara itu di lakukan tiga titik yakni di area dan depan kompleks eks Pabrik Tegel dan di depan toko Bakpia 75. Sekretaris Daerah Kota Yogya, Aman Yuriadijaya mengatakan lewat Merti Bakpia menjadi upaya terus branding dan memperkuat Patuk di Kelurahan Ngampilan sebagai sentra bakpia.
“Lewat Merti Bakpia juga mengajak para pengusaha bakpia baik kecil dan besar selalu bersyukur,” ujarnya.