TEMPO.CO, Mataram - Selama lima hari mulai Sabtu 19 Oktober 2019 sore kemarin hingga Rabu 23 Oktober 2019 mendatang, di pulau wisata Gili Trawangan berlangsung Gili Festival 2019. Perhelatan tersebut sebagai pemulihan pariwisata pasca bencana gempa bumi selama sebulan 29 Juli 2019 - 19 Agustus 2019.
Dalam Gili Festival 2019, masyarakat setempat menyelenggarakan berbagai atraksi yang melibatkan wisatawan mancanegara yang sedang berlibur di sana.
Untuk diketahui, pulau wisata Gili Trawangan, Meno dan Air yang berada di bawah Desa Gili Indah menjadi sepi setelah terkena bencana gempa. Terutama pada saat gempa yang terjadi pada 5 Agustus 2019 malam sekitar pukul 19.46 Waktu Indonesia Tengah (WITA). Wisatawan dan warga ketakutan, karena beredarnya isu tsunami, sehingga wisatawan meninggalkan kawasan wisata tersebut.
Pariwisata tiga destinasi sempat merosot. Normalnya, dalam sehari rata-rata ada 35 kapal cepat yang membawa 3.000 orang wisatawan mancanegara dari Bali. Namun sejak pertengahan Agustus 2019, wisatawan yang datang per harinya sekitar 2.200 orang.
Pada Sabtu, 19 Oktober, warga menyelenggarakan Fun Run dan Triathlon mengelilingi Gili Trawangan. Ratusan peserta dari berbagai usia mengikuti kegiatan yang dinamai sebagai Gili Strong itu. ''Ya acara ini untuk promosilah,'' kata Ketua Asosiasi Pengusaha Gili Trawangan Acok Zani Basso kepada TEMPO.
Untuk triathlon yang bisa diikuti perorangan dan tim terdiri dari renang 600 meter, dari perairan depan Good Heart di sebelah utara hingga perairan di depan Sama-Sama Bar di selatan. Kemudian bersepeda lingkar Gili Trawangan sejauh 7 kilometer dan lari 5 kilometer.
Menurut salah seorang pemuka Gili Trawangan Haji Taufik, kegiatan ini akan berakhir dengan penyelenggaraan tradisi Rebo Bontong, di mana warga akan melakukan ritual bersama turun ke laut dan makan-makan ketupat bersama. ''Ini untuk trauma healing,'' ujar Taufik yang sebelumnya menjabat kepala desa Gili Indah.
Sepanjang hari ini, Ahad 20 Oktober 2019, dilakukan bazar kuliner dan art shop, bersih-bersih pantai, atraksi musik Suling Dewa, stick fight (Peresaean - atraksi Sasak adu pukul menggunakan tongkat rotan dan perisai kulit ternak), dan malam harinya live music - fire dance.
Disusul pada Senin 21 Oktober 2019, selain bazar dan artshop, juga ada atraksi tari tradisional tari sireh, lomba gambar anak TK dan SD, disusul Mixing Competition dan malam harinya live music - fire dance.
Selasa 22 Oktober 2019, diadakan lagi bazar kuliner dan artshop, musik dan tari tradisional Rudat, lomba tradisional Pantok Kemek (pukul periuk), lari karung, tarik tambang dan makan kerupuk. Seperti hari sebelumnya juga diadakan live music - fire dance.
Hari terakhir yang di sana dikenal sebagai peringatan tradisi lokal Mandi Safar alias Rebo Bontong, warga diiringi barisan Gendang Beliq melakukan iring-iringan membawa Dulang Saji (nampan berisi makanan) menuju depan Masjid Baiturrahman, ''Puncaknya dilakukan zikir dan doa bersama,'' ucap Haji Malik.
Gili Strong Triathlon yang digelar di Gili Trawangan, berlangsung dengan sukses, Sabtu 19 Oktober 2019) sore. Meskipun diikuti banyak peserta wisatawan asing, namun akhirnya yang keluar sebagai juara adalah para atlet Nusa Tenggara Barat (NTB).
Peresaean salah satu atraksi yang ditampilkan dalam Gili Festival 2019. Foto: @slowfoodandyogafestival
Ketua KONI NTB Andy Hadianto mengatakan Trawangan Triathlon adalah kegiatan yang sangat menarik yang digagas dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat. ''Karena atraktif pesertanya adalah tamu-tamu asing dan lokal dengan penonton dari berbagai negara,'' katanya.
Gili Triathlon ini diikuti ratusan peserta dan bebas usia. Event ini mampu menarik banyak wisatawan yang ada di Gili Trawangan untuk datang menyaksikan keseruannya. Animo yang besar ini akhirnya melecut semangat panitia untuk menggelar lebih meriah tahun depan, dengan mengundang atlet-atlet triathlon nasional dan dunia. SUPRIYANTHO KHAFID