Selain di Pampangan, keberadaan kerbau rawa banyak dijumpai di Tanjung Senai kabupaten Ogan Ilir (OI), Kecamatan dan desa Rambutan di kabupaten Banyuasin dan kecamatan Pampangan di kabupaten OKI. Jarak antar tiga daerah tersebut cukup jauh sehinga dibutuhkan waktu lebih dari satu hari untuk menelusurinya.
Di hari terpisah, saya berangkat ke Tanjung Senai yang saat ini merupakan pusat perkantoran pemerintah kabupaten. Tiba di sana setelah melakukan perjalanan sekitar 1 jam dari Palembang. Tidak kalah mempesona, kerbau di sini juga hidup berkeloni sehingga dari kejauhan tampak hitam menyemut.
Hari berikutnya mampir di desa Rambutan di Banyuasin. Tiba sore sehingga pas dengan waktu kepulangan kerbau di kandang yang terletak di tengah rawa yang menyerupai sebuah pulau. Dari atas pulau tersebut sejauh mata memandang terdapat bentang alam yang begitu mempesona. Ada perpaduan warna yang pas antara tanah yang memerah, rumput yang hijau dan ada sebagian kekuning-kuningan.
Jelas juga tampak lubang-lubang kecil yang tercetak rapi oleh kaki kerbau rawa. Di sana terdapat hampir seratusan kerbau yang berendam bahkan beberapa di antaranya menyelam sembari memakan rumput bento. Menjelang maghrib, kerbau-kerbau itu beriringan masuk kandang dan langsung mengelilingi perapian.
Eksistensi Kerbau dan Rawa
Kamis lalu, Kepala Badan Restorasi Gambut atau BRG, Nazir Foead terpikat juga mencicipi gulo puan dan susu segar hasil perahan di desa Rambutan. Rasanya manis dan amisnya tak terasa, kata Nazir kepada rombongan yang menyertainya berkunjung ke Swamp Buffalo Centre dan Eduwisata di Rambutan. Di desa Bangsal, BRG juga memiliki demplot pembuatan jelly puan.
Menurutnya, gambut, rawa dan peternak serta ekosistem lain di dalamnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karenanya BRG berkomitmen menjaga kelestarian tidak kurang dari 1,2 juta hektar lahan gambut yang sebagian di antaranya rawan terbakar. "Masyarakat harus tetap produktif dengan peternakan kerbau rawanya agar mereka tidak lagi membakar lahan," katanya.
Kepala Desa Bangsa, OKI, Muhammad Hasan menunjukkan jelly puan yang diproduksi warga kampunya. TEMPO/Parliza Hendrawan
Bukan Sekedar Susu Segar
Bepergian ke Pampangan cukup banyak oleh-oleh yang bisa dibawa pulang. Selain susu segar kerbau rawa serta turunannya. Tidak salah rasanya bila ikut mencicipi kemplang panggang khas Pampangan yang terdiri atas campuran ikan air tawar tepung dan lain-lain.
Olahan susu segar Kerbau Rawa tetap menjadi pilihan utama. Peternak mulai mengembangkan nilai turunan dari susu segar. Susu yang dalam bahasa setempat disebut sebagai puan sudah bisa dijadikan makanan sehat berupa jelly puan.
Menurut Muhammad Hasan, Kepala desa Bangsal, berkat bantuan Badan Restorasi Gambut, pihaknya memiliki berbagai pilihan dalam mengolah susu segar. Makanan berupa jelly puan yang dibuat oleh para santri di pondok pesanteren Ibnul Fallaah, tidak hanya sehat akan tetapi harganya masih sangat terjangkau yaitu Rp2.500 setiap satu cup kecil.
Sedangkan susu segar dijual Rp15.000/liter. Setelah dimasak menjadi gulo puan harganya menjadi Rp80 ribu/kg, Sagon Puan Rp150 ribu/kg dan Rp200/Kg untuk minyak samin.