Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Terpikat Eksotisnya Kerbau Rawa Sumatera

image-gnews
Kerbau rawa mencari makan di Tanjung Senang, Ogan Ilir. Kerbau ini diternak untuk daging dan susunya. TEMPO/Parliza Hendrawan
Kerbau rawa mencari makan di Tanjung Senang, Ogan Ilir. Kerbau ini diternak untuk daging dan susunya. TEMPO/Parliza Hendrawan
Iklan

TEMPO.CO, PalembangPampangan merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) di Sumatera Selatan. Jaraknya sekitar 85 km dari kota Palembang atau berkisar 50 km dari kota Kayu Agung yang merupakan ibu kota kabupaten OKI.

Daerah ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil ikan dan beras dari sawah rawa dan lebak. Selain itu, sejak dulu kala, Pampangan dikenal sebagai sentra pengembangbiakkan kerbau rawa. Itulah yang membuat saya tertarik melihat dari dekat ekosistem kerbau rawa Pampangan.

Senin, 12 Agutus yang baru lalu, setelah menempuh perjalanan selama lebih dari tiga jam dari kota Palembang, saya dapat merasakan bermalam di sebuah pondok yang letaknya hanya selemparan batu dari kandang kerbau milik warga desa Bangsal. Udaranya masih segar dan aliran sungai masih cukup untuk membawa para nelayan hilir mudik. Bentang alamnya begitu menggoda bagi siapapun yang hobi traveling.

Asyiknya lagi, tengah malam, saya sempat dibangunkan oleh lenguhan hewan bernama latin Bubalus bubalis carabanesis itu. Dan tidur kembali dengan pulas berkat angin sepoi-sepoi yang menembus celah lantai kayu pondok milik pak Kades. Terbangun lagi menjelang subuh disambut udara dingin pedesaan. Pesona ini rasanya rugi bila pelit untuk dibagikan.

Naik Ketek Menembus Kabut 

Hari masih begitu pagi, ketika terbangun untuk bersiap-siap berpetualang mengelilingi sungai dan rawa-rawa di desa Bangsal, kecamatan Pampangan. Jarak pandang masih sangat terbatas manakala harus menjepret landscape desa yang dikelilingi air sehingga kamera kembali disarungkan agar lensa tetap aman dari semburan air dan embun.

Pagi itu kabut masih menyelimuti desa yang dihuni tidak kurang dari 868 warga itu. Menjelang pukul 06.00, Muhammad Hasan, Kepala Desa Bangsal mendatangi pondok tempat saya bermalam. Sesuai janjinya, ia akan menuntun saya dan seorang kerabat untuk berpetualang ke kandang kerbau milik beberapa warganya di sebelah selatan Bangsal.

Bila memungkinkan, perjalanan bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 30-40 menit. Medannya agak berat karena terdiri atas rawa basah, yang di sekitarnya juga tumbuh hamparan rumput. Salah-salah kaki bisa terperosok di antara sisa-sisa jejak kerbau sedalam paha pria dewasa.

Puluhan kerbau rawa lalu lalang di rawa Desa Rambutan. Setiap warga di desa ini pun hampir semuanya memiliki peliharaan kerbau rawa, total kerbau rawa di desa ini mencapai ribuan ekor. TEMPO/Ahmad Supard

Setengah tergesa-tergesa karena khawatir kehilangan momen, saya berharap bisa menemukan segala sesuatu terkait dengan ekosistem kerbau rawa. Perjalanan itu bisa lebih cepat dengan menumpang perahu kayu atau dalam bahasa setempat disebut sebagai ketek milik warga. Pagi itu banyak keberuntungan, sayup-sayup terdengar tek..tek..tek.. suara khas perahu kayu bermesin 6,5 pk itu.

Belakangan saya tahu ketek itu milik Uju Muhammad. Hasan pun menghentikannya dan menitipkan kami untuk bepergian ke kandang para peternak. Benar-benar beruntung, tenyata Muhammad, 60 tahun, merupakan salah satu pemilik kandang Kerbau Rawa.

Tanpa basa-basi lagi, kami memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan maksud dan tujuan bertandang ke desa yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Kayu Agung. Ia pun menganggukan kepalanya manakala diminta untuk mengajari cara memerah susu kerbau. Sembari membuang air yang masuk kedalam lambung keteknya. Uju, sapaan akrabnya bercerita banyak perihal ekosistem Kerbau Rawa. Katanya, susu dalam bahasa setempat disebut sebagai puan selanjutnya dimasak menjadi cemilan yang mantap di lidah. Makin penasaran kan..

Ambil Puan di Kandang

Sekitar 20 menit kemudian, ketek menepi di bibir sungai yang jaraknya sekitar 150 meter dari kandang. Lenguhan dan aroma khas kerbau, menyambut kedatangan kami pagi itu. Kabut embun sudah mulai menipis sehingga merahnya tanah dan hitamnya air rawa, serta hijaunya rerumputan tampak mudah diamati. Saya bergumam, inilah salah satu destinasi wisata yang meneduhkan jiwa.

Bahkan saya membayangkan sedang berada di salah satu hamparan padang savana di Afrika. Sebagaimana yang sering di tonton dilayar-layar TV dan bioskop, akan muncul adegan para petualang yang bertaruh nyawa menyelamatkan hewan dan binatang di sana.

“Ada 11 kandang di sini,” kata Uju Muhammad sembari membuka gembok kandangnya. Uju Muhammad memiliki hampir 60 ekor kerbau, yang ia taruh di dua kandang di bagian selatan desa Bangsal. Dengan lincah ia memamerkan kepiawaianya memerah susu yang sebelumnya sudah dihisap oleh bayi kerbau yang belum genap berumur 8 bulan.

Kuliner ini mirip dengan gulo puan, hanya ditambahi telor. Bahan baku utamanya juga susu segar kerbau rawa. TEMPO/Parliza Hendrawan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kebijakan Satu Peta Kurangi 9 Persen Tumpang Tindih Lahan, Setara 29,5 Juta Hektare

16 hari lalu

Presiden Jokowi saat peluncuran geoportal kebijakan satu peta dan buku kemajuan infrastruktur nasional tahun 2018 di Jakarta, Selasa, 11 Desember 2018. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution melaporkan 83 dari total 85 peta tematik dari 19 kementerian/lembaga dan pemerintah daerah di 34 provinsi, telah selesai dilakukan kompilasi dan integrasi. TEMPO/Subekti.
Kebijakan Satu Peta Kurangi 9 Persen Tumpang Tindih Lahan, Setara 29,5 Juta Hektare

Kebijakan Satu Peta 2019-2023 mampu mengurangi 9 persen tumpang tindih lahan di Indonesia. Tahun ini diprediksi mengurangi 8,6 persen.


Bersama Menjaga Lahan Gambut

8 Januari 2024

Bersama Menjaga Lahan Gambut

Semua desa yang wilayahnya menjadi target restorasi BRGM, difasilitasi dengan Desa Mandiri Peduli Gambut


Tiga Titik Panas Kebakaran Lahan Gambut Ditemukan di Pesisir Selatan

6 Oktober 2023

Warga menggunakan masker saat beraktivitas di Padang yang diselimuti kabut asap, Sumatera Barat, Jumat, 13 Sepetember 2019. Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Kototabang mencatat, terjadi peningkatan titik panas di Sumatera sepekan terakhir, kemudian angin bergerak dari timur mengarah ke Sumatera Barat, sehingga menyebabkan menurunnya kualitas udara akibat kabut asap kiriman di Kota Padang dan sekitarnya. ANTARA
Tiga Titik Panas Kebakaran Lahan Gambut Ditemukan di Pesisir Selatan

Kebakaran lahan gambut di Pesisir Selatan sudah terjadi sejak satu minggu yang lalu.


5 Kebakaran Hutan Terparah di Indonesia, Paling Sering di Kalimantan

6 September 2023

Petugas pemadam kebakaran melakukan proses pendinginan lahan gambut yang terbakar di Desa Natai Baru, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin 2 Januari 2023.. Berdasarkan data BPBD Kotawaringan Barat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di desa tersebut mencapai 20 hektare dengan tiga titik lokasi api dan sebanyak lima hektare lahan diantaranya berhasil dipadamkan oleh tim gabungan BPBD, Damkar, PMI serta para relawan. ANTARA FOTO/Ario Tanoto
5 Kebakaran Hutan Terparah di Indonesia, Paling Sering di Kalimantan

Kebakaran hutan di Indonesia menjadi salah satu bencana yang kerap melanda, terutama saat musim kemarau. Biasanya, kebakaran hutan lebih sering terjadi di daerah Kalimantan.


Malaysia Minta Perusahaan Negerinya yang Beroperasi di Indonesia Tak Bakar Lahan

30 Agustus 2023

Ilustrasi - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melanda kawasan Gunung Ile Mandiri di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur, NTT, pada November 2019. (ANTARA/HO-Roland Tuanaen)
Malaysia Minta Perusahaan Negerinya yang Beroperasi di Indonesia Tak Bakar Lahan

Menteri Lingkungan Malaysia minta perusahaan perkebunan Malaysia yang beroperasi di Indonesia menghentikan pembakaran lahan.


Seluas 67,98 Ha Lahan Terbakar, BPBD Palangka Raya Tingkatkan Kewaspadaan Karhutla

16 Agustus 2023

Petugas dari BPBD Kota Palangka Raya memadamkan kebakaran yang terjadi di salah satu kelurahan yang ada di kota setempat, Selasa, 15 Agustus 2023. (ANTARA/Adi Wibowo)
Seluas 67,98 Ha Lahan Terbakar, BPBD Palangka Raya Tingkatkan Kewaspadaan Karhutla

BPBD Kota Palangka Raya menggandeng sejumlah pihak terkait dalam upaya antisipasi dan menangani kebakaran hutan dan lahan.


Asal Usul Kopi Liberika, Kopi Tahan Penyakit dari Liberia

19 Mei 2023

Biji kopi hasil Kebun kopi gambut liberika di desa Kedaburapat, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Domumentasi: Dinas Pariwisata Provinsi Riau
Asal Usul Kopi Liberika, Kopi Tahan Penyakit dari Liberia

Kopi bernama ilmiah coffea liberica var ini diketahui pertama kali tumbuh di daratan Benua Afrika. Kopi liberika berasal Liberia, Afrika Barat, yang kemudian menyebar ke Asia Tenggara dan tumbuh di Indonesia serta Filipina.


Perubahan Iklim di Riau, Perkumpulan Elang: Pentingnya Menekan Emisi Gas Rumah Kaca

15 April 2023

Perkumpulan Elang selenggarakan diskusi
Perubahan Iklim di Riau, Perkumpulan Elang: Pentingnya Menekan Emisi Gas Rumah Kaca

Persoalan perubahan iklim kini menjadi masalah besar di Riau. Perkumpulan Elang lakukan diskusi seberapa pentingnya menekan emisi gas rumah kaca.


Wisata Kerbau Rawa di Kalsel, Melihat Kerbau Berenang di Tengah Sunset

26 Maret 2023

Kerbau-kerbau berendam di rawa Pemokou, desa Cakat, Tulang Bawang, Lampung, (28/02). Di rawa, ruang gerak  kerbau liar lebih terbatas, sehingga dapat dikendalikan dan digiring oleh warga. TEMPO/Amston Probel
Wisata Kerbau Rawa di Kalsel, Melihat Kerbau Berenang di Tengah Sunset

Habitat kerbau rawa di Kalsel seringkali dikunjungi oleh wisatawan.


Belantara Paparkan Program Agroforestri Lahan Gambut di COP27 UNFCCC

15 November 2022

Belantara Foundation menjelaskan program restorasi gambut di lahan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dengan pola agroforestri pada acara COP ke-27, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), yang digelar 6-18 November 2022. (Belantara)
Belantara Paparkan Program Agroforestri Lahan Gambut di COP27 UNFCCC

Keberadaan lahan gambut sangat penting bagi upaya global untuk memerangi perubahan iklim dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.