Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wisata Sejarah Timbangan, Ada yang Antik Buatan Tahun 1800

image-gnews
Aneka timbangan dan alat ukur yang dipamerkan dalam Pameran Alat Ukur dan Timbangan
Aneka timbangan dan alat ukur yang dipamerkan dalam Pameran Alat Ukur dan Timbangan "Datcin" di Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa, 9 Juli 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Wisata sejarah tak melulu dilakukan dengan mendatangi candi atau situs peninggalan kerajaan masa lalu. Melalui timbangan, seseorang bisa mengetahui bagaimana waktu mengubah cara masyarakat dalam menera sesuatu.

Baca: Wisata Serajah, Puluhan Timbangan Kuno Dipamerkan di Yogyakarta

Seperti pameran timbangan bertajuk 'Pameran Alat Ukur dan Timbangan Datjin' yang berlangsung di Bentara Budaya Yogyakarta pada 2 - 11 Juli 2019. Dalam pameran itu, beragam timbangan dari zaman dulu ditampilkan. Bentuknya bermacam-macam. Ada yang kecil, besar, digantung sampai terbuat dari emas.

Kolektor timbangan, Subiyanto menjelaskan kisah setiap timbangan dengan detail dan runut. Menurut pria 39 tahun ini, salah satu timbangan kuno yang menarik perhatian adalah timbangan gantung Cina. Ada empat batang gantungan, mulai dari ukuran terpendek hingga terpanjang yang disusun bertingkat dan digantung di langit-langit ruang pamer.

Tiap-tiap ujung batang terdapat pengait untuk mencantolkan barang yang ditimbang. Kemudian pada ujung lainnya diberi bandul dengan aneka berat. Batang paling pendek untuk menghitung berat 1 sampai 5 kilogram, di atasnya hingga 10 kilogram, 50 kilogram, dan ratusan kilogram. Uniknya, batang timbangan bukan berbahan besi atau baja.

Empat batang timbangan gantung Cina dari kayu Swanci yang dipamerkan dalam Pameran Alat Ukur dan Timbangan "Datcin" di Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa, 9 Juli 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

"Batang timbangan itu dari kayu Swanci. Kayu ini berasal dari daratan Cina," kata Subiyanto, Selasa, 9 Juli 2019. Bisa dibayangkan betapa kuatnya kayu tersebut untuk menahan beban hingga ratusan kilogram. Di sisi lain dari ruang pamer dipajang aneka ukuran bandul untuk timbangan gaantung Cina tadi. Ada yang beratnya 5 kilogram, 10 kilogram, 20 kilogram, 25 kilogram, dan 27,5 kilogram.

Koleksi timbangan lain milik Subiyanto yang dianggap berkesan adalah timbangan pasar atau Toonbankbascule yang biasa untuk menimbang aneka sayuran. Subiyanto menyebutnya timbangan kodok. Ada pula yang menyebutnya timbangan bebek karena wadah dari kuningan untuk menimbang meruncing bagian ujungnya seperti mulut bebek.

Aneka timbangan kodok yang biasa dijumpai di pasar, salah satunya dengan kapasitas beban maksimal satu kilogram (nomer tiga dari kiri) yang dipamerkan dalam Pameran Alat Ukur dan Timbangan "Datcin" di Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa, 9 Juli 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

Keunikan timbangan kodok miliknya karena bentuknya mungil dan digunakan untuk mengukur berat hingga maksimal 1 kilogram. Berbeda dengan timbangan kodok kebanyakan yang digunakan untuk mengukur berat hingga 10 kilogram. "Dulunya dipakai untuk menimbang merica, garam, ketumbar," kata Subiyanto.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Timbangan kodok 1 kilogram itu adalah timbangan pertama yang dikoleksi Subiyanto 15 tahun lalu. Timbangan itu buatan tahun 1940. Awalnya, ada teman yang mengirimkan foto timbangan kodok tersebut di antara barang-barang rongsokan. Subiyanto yang suka mengoleksi barang antik kemudian membelinya dengan harga Rp 10 juta. Ada pula timbangan kodok koleksinya yang digunakan untuk menakar berat hingga 3 kilogram.

Aneka timbangan dan alat ukur yang dipamerkan dalam Pameran Alat Ukur dan Timbangan "Datcin" di Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa, 9 Juli 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

Koleksi tertuanya adalah timbangan stasiun buatan 1800-an. Benda untuk menimbang barang-barang yang diangkut di stasiun itu sudah ada pada masa Kolonial Belanda. Tak ketinggalan Roberval Balance yang berupa timbangan dengan dua piringan yang saling bersisihan untuk wadah beban. Timbangan itu sudah terlihat berkaraat.

Ada pula timbangan yang bentuknya unik karena hanya berupa batangan kecil seperti lidi. Timbangan kuno itu biasa dimiliki saudagar Cina untuk menimbang emas. Disimpan dalam wadah berbentuk seperti gitar yang mungil juga. "Timbangan emas kuno itu bisa dibawa ke mana-mana. Bisa masuk kantong juga," kata Subiyanto.

Rondo (pita meteran yang digulung) dan timbangan emas kuno (di dalam wadah berbentuk seperti wadah gitar mungil di sisi kiri) yang dipamerkan dalam Pameran Alat Ukur dan Timbangan "Datcin" di Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa, 9 Juli 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

Timbangan lain yang tak kalah unik adalah timbangan yang baru bisa digunakan jika dimasukkan koin. Persis seperti mainan anak-anak yang baru beroperasi apabila penggunanya sudah memasukkan koin khusus ke dalamnya. Pengguna menukar koin itu dengan sejumlah uang, kemudian koin dimasukkan dan timbangan itu bisa digunakan. "Dulu timbangan ini biasanya dipajaang di tempat-tempat umum, seperti pasar," kata Subiyanto.

Lantaran ukuran timbangan koin ini terlalu besar dan bobotnya mencapai 1,5 kuintal, Subiyanto tak menyertakannya dalam pameran. Lagipula, timbangan itu sedang dipinjam untuk properti foto di sebuah studio di Semarang, Jawa Tengah.

Sejak 15 tahun lalu, Subiyanto telah mengumpulkan 400-an timbangan kuno beragam bentuk, model, dan kegunaan. Koleksi itu disimpan di galeri di rumahnya. Dia pun menerima jual beli timbangan kuno. "Kalau jenis timbangannya lebih dari satu koleksi, saya mau melepasnya. Kalau cuma satu-satunya, tidak saya jual," kata Subiyanto yang berburu timbangan sampai ke Medan, Sumatera Utara.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

18 jam lalu

Tugu Yogyakarta, pada awal dibangun pada era Sultan HB I sempat setinggi 25 meter. Dok. Pemkot Yogyakarta.
Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

UNESCO akui Sumbu Filosofi Yogyakarta, garis imajiner dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, dan bermuara di Laut Selatan.


Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

19 jam lalu

Moses Gatotkaca. Cuplikan video AP
Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

Puncak aksi mahasiswa di Gejayan terjadi pada 8 Mei 1998 setelah salat Jumat. Moses Gatutkaca menjadi korban dengan luka parah. Siapa tanggung jawab?


Daftar Pemilihan Gubernur yang Digelar pada Pilkada 2024, Mengapa Yogyakarta Tak Termasuk?

1 hari lalu

Seorang pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) memasukkan surat suara ke kotak saat simulasi Pemilu 2024 di Pondok Rehabilitasi Sosial Zamrud Biru, Mustikasari, Bekasi, Jawa Barat, Selasa 13 Februari 2024. Simulasi ini untuk memberikan edukasi kepada pasien ODGJ yang memiliki DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan berdasarkan data KPU Kota Bekasi terdapat 1.095 ODGJ yang memilki hak suara pada Pemilu 2024. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Daftar Pemilihan Gubernur yang Digelar pada Pilkada 2024, Mengapa Yogyakarta Tak Termasuk?

Pilkada 2024 akan dilaksanakan pada November 2024 di semua provinsi di seluruh Indonesia, kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta. Apa alasannya?


Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

2 hari lalu

Festival Selokan Van Der Wijck Sleman. Dok.istimewa
Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

Selokan Van Der Wijck berperan penting menjamin irigasi di Sleman, Yigyakarta. Dibuat pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII berkuasa.


Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

2 hari lalu

Warga melintas di dekat tempat pembuangan sampah sementara di Yogyakarta, Senin, 17 Juli 2023. Penutupan sementara Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan untuk penataan berimbas pada tutupnya sejumlah tempat pembuangan sampah sementara di Kota Yogyakarta. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

Yogyakarta sebagai destinasi wisata turut tercoreng oleh masalah sampah yang belum terselesaikan setelah TPA Piyungan tutup.


Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

2 hari lalu

Raja Keraton yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menggelar Syawalan bersama abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta Selasa (7/5). Dok. Istimewa
Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

Sultan Hamengku Buwono X memberi pesan khusus kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di acara Syawaan.


Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

3 hari lalu

Sejumlah jamaah calon haji antre menaiki pesawat di Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu 24 Mei 2023 dini hari. Sebanyak 360 calon haji kloter pertama embarkasi Solo asal Kabupaten Grobogan diberangkatkan menuju Arab Saudi. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

Yogyakarta International Airport saat ini masih belum memiliki asrama haji untuk embarkasi.


Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

3 hari lalu

Warga dari Forum Masyarakat Peduli Pendidikan melakukan aksi memasak dengan bahan pangan murah akibat mahalnya harga biaya pendidikan dan kenaikan BBM di depan DPRD Provinsi Jawa Barat di Bandung, 22 September 2022. Mereka memprotes mahalnya biaya pendidikan di SMA/SMK negeri yang sampai saat ini belum bebas dari dana sumbangan pendidikan yang besarannya ditentukan oleh komite sekolah. TEMPO/Prima mulia
Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

Salah satu beleid paling disorot terutama tentang pungutan sekolah di Yogyakarta, yang akan diubah istilahnya menjadi dana partisipasi.


Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

3 hari lalu

Yogyakarta International Airport atau bandara YIA di Kulon Progo. Dok. Istimewa
Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

PHRI DIY merespon soal penetapan Bandara YIA sebagai bandara internasional satu-satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.


Dosen UPN Veteran Yogyakarta Akui Dugaan Kekerasan Seksual, Ini Sanksi Kampus

3 hari lalu

Ilustrasi kekerasan seksual. Freepik.com
Dosen UPN Veteran Yogyakarta Akui Dugaan Kekerasan Seksual, Ini Sanksi Kampus

Beredar surat permohonan maaf seorang dosen UPN Veteran Yogyakarta (UPNVYK) terkait dugaan kekerasan seksual kepada seorang mahasiswi kampus tersebut.