Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Kerajaan Boti-NTT yang Memegang Teguh Adat dan Tradisi

image-gnews
Warga Suku Boti menyiapkan peringatan meninggalnya ibu Raja di Desa Boti di kecamatan Kie, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, 4 Oktober 2018. Suku Boti merupakan keturunan dari suku asli pulau Timor, Atoni Metu. TEMPO/ Nita Dian
Warga Suku Boti menyiapkan peringatan meninggalnya ibu Raja di Desa Boti di kecamatan Kie, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, 4 Oktober 2018. Suku Boti merupakan keturunan dari suku asli pulau Timor, Atoni Metu. TEMPO/ Nita Dian
Iklan

Warga Boti Dalam masih menganut kepercayaan bercorak animisme. Keyakinan dan kepercayaan Suku Boti disebut Halaika. Suku Boti percaya pada dua penguasa alam yaitu Uis Pah dan Uis NenoUis Pah merupakan mama atau ibu yang mengatur, mengawasi, dan menjaga kehidupan alam semesta beserta isinya termasuk manusia. Uis Pah disebut juga sebagai Dewa Bumi.

Sedangkan Uis Neno adalah papa atau bapak, sebagai penguasa alam baka yang akan menentukan seseorang bisa masuk surga atau neraka berdasarkan perbuatannya di dunia. Uis Neno menjadi Dewa Langit.  Bagi Suku Boti, hidup ini diatur oleh tiga kekuatan besar, yakni Uis PahUis Neno, juga roh arwah leluhur (Nitu). Roh-roh leluhur ini dipercaya mendiami pohon-pohon besar yang berada di hutan terlarang mereka.

Meski warga Boti memeluk kepercayaan dinamisme, mereka tidak melarang masuknya ajaran gereja. Hanya saja, bagi warga yang ingin memeluk agama lain harus keluar dari Kampung Adat. Hal ini berlaku bagi siapapun, termasuk putra sulung Raja Boti (almarhum) Usif Nune Benu, Laka Benu.

Laka harus meninggalkan Kampung Boti karena dia mengimani katolik. Padahal Laka adalah putra mahkota Boti yang seharusnya menggantikan Usif  Nenu yang meninggal sekitar 2005 lalu. Tradisi Boti mensyaratkan raja harus dipegang oleh orang yang mewarisi agama leluhur. Karena itulah, tahta Raja Boti kini dipegang Usif Namah Benu, putra kedua atau anak ketiga Usif Nune Benu.

Usif (Raja) bertugas sebagai pemimpin pemerintahan, adat, sekaligus pemimpin spiritual masyarakat Boti. Anak pertama Usif Nune Benu perempuan, Molo Benu, yang merupakan ibunya Pah. Di sana, perempuan tak bisa menjadi raja.

Pergantian raja itu juga tak serta-merta dilaksanakan. Ada jeda sekitar tiga tahun sebagai masa berkabung. Selama itu juga, warga Kampung Adat Boti dilarang mengadakan pesta. Saat Namah Benu dikukuhkan menjadi Usif (raja), mereka baru bisa menjalankan pesta ritual adat kembali.

Meski penerapan ajaran leluhur sangat kental, Kerajaan Boti tetap terbuka terhadap pendidikan. Namah Benu mengatakan warganya tetap bisa menyekolahkan anak-anaknya. Dia mencoba menyatukan pengetahuan dari pendidikan formal dan tetap memelihara ajaran-ajaran tradisi. Dia juga menerapkan aturan soal pendidikan ini. Dari satu keluarga yang mempunyai empat anak misalnya, dua anak harus sekolah formal dan sisanya belajar mengenai tradisi dan adat. Dengan demikian, warga Boti tetap bisa melestarikan adat dan tradisi leluhur tanpa teralienasi dari peradaban.

Warga Kampung Adat Boti juga masih menjalankan aturan spesifik mengenai cara berdandan dan berpakaian. Salah satunya, para pria yang sudah menikah dilarang memotong rambutnya. Mereka harus menggelung hingga berbentuk seperti konde. Pria dan wanita yang sudah remaja hingga tua juga harus mengenakan kain tenun yang mereka buat sendiri. Warga tidak boleh mengenakan celana, rok, atau daster.

Untuk membuat kain tenun, mereka memintal benang dari tanaman kapas yang tumbuh di lingkungan sekitar. Sedangkan untuk perwarnaan, mereka menggunakan dedaunan dari alam yang diproses secara tradisional. Namun belakangan ini, warga Boti juga menggunakan bahan pewarnaan dari pabrik meski dibatasi.

Meski banyak aturan dan tradisi yang dijalankan, Oni Sae, dan warga lainnya tetap betah tinggal di kampung sana. “Ini jalan kehidupan yang baik bagi kami. Sebagai manusia, kita harus merasa cukup dengan yang ada dan menjaga alam supaya alam baik sama kita,” ujar perempuan 20 tahun itu.

Oni belum menikah. Jika suatu nanti ia jatuh hati dengan pemuda dari kampung lain, maka pemuda itu harus pindah ke Boti untuk mempersuntingnya. Hal ini berlaku bagi seluruh warga Boti Dalam.

LINDA TRIANITA (Boti)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

6 hari lalu

Kapal kajang terparkir di Sungai Mahat Gunung Malintang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra barat. Kapal ini disiapkan untuk perhelatan Alek Bakajang pada 13-17 April 2024. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Alek Bakajang diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan tiga hari setelah Idulfitri.


Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

9 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.


Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

9 hari lalu

Penari Seblang mengenakan omprok (hiasan kepala) dari janur, daun pisang muda, dan hiasan bunga segar untuk menutup kepala dan wajah. Tradisi ini digelar 15-21 April 2024 (Diskominfo Kabupaten Banyuwangi)
Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.


Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

9 hari lalu

Gunungan sayur-mayur dan ketupat menjadi bagian dari rangkaian acara Bakdo Sapi yang diadakan di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu, 17 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

Tradisi Bakdo Sapi digelar di akhir perayaan Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan


Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

15 hari lalu

Lebaran Topat di Lombok Barat 2023 (dok. Dinas Pariwisata Lombok Barat)
Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

Lebaran Topat tahun ini akan digelar pada hari Rabu, 17 April 2024


Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

18 hari lalu

Warga Saudi menyambut penetapan Hari Raya Idul Fitri pada hari Selasa dengan antusias.[Saudi Gazette]
Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

Setiap negara punya tradisi unik dalam merayakan hari raya Idulfitri atau Lebaran. Di Indonesia, Lebaran dirayakan pada 10 April 2024.


Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

30 hari lalu

Sejumlah pemuda memukul bekas tong plastik sambil menyanyikan lagu-lagu religi saat berkeliling pemukiman untuk membangunkan sahur di Balakong, Malaysia, 26 Maret 2023. Sejumlah pemuda berkeliling pemukiman warga sembari memainkan musik dengan bekas tong plastik dan menyanyikan lagu religi untuk membangunkan sahur pada bulan Ramadan. REUTERS/Hasnoor Hussain
Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

Asal-usul tradisi membangunkan sahur di Indonesia diyakini telah eksis sejak Islam masuk ke Tanah Air dan memiliki sebutan berbeda di setiap daerah.


Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

35 hari lalu

Senja di desa adat Waerebo, 28 April 2017. Desa adat Waerebo terletak di atas ketinggian 1200 Mdpl di Kabupaten Manggarai, NTT. ANTARA FOTO
Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

Wae Rebo, desa di perbukitan Pulau Flores, NTT dinobatkan sebagai salah satu kota kecil tercantik di dunia oleh The Spector Index, serta diakui UNESCO


Ramadan di Yogyakarta Diwarnai Kasus Antraks, Tradisi Berbahaya Ini Diminta Dihilangkan

42 hari lalu

Pemantauan daging segar oleh Pemkot Yogyakarta di pasar rakyat saat Ramadhan. (Dok. Istimewa)
Ramadan di Yogyakarta Diwarnai Kasus Antraks, Tradisi Berbahaya Ini Diminta Dihilangkan

Kasus suspek antraks di Sleman dan Gunungkidul, Yogyakarta, itu diduga kembali terjadi karena adanya tradisi purak atau brandu yang berbahaya.


Rangkaian Tradisi Hari Raya Nyepi yang Sakral dan Penuh Makna

47 hari lalu

Umat Hindu membasuh kaki sembari memanggul sesajen untuk persembahan pada ritual Melasti di Pura Melasti Pantai Dupa, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu, 10 Maret 2024. Upacara Melasti yang digelar sehari menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 itu untuk meningkatkan Sradha dan Bhakti kepada para Dewata manifestasi Tuhan Yang Maha Esa, untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa, dan mencegah kerusakan alam. ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Rangkaian Tradisi Hari Raya Nyepi yang Sakral dan Penuh Makna

Nyepi bermakna sebagai hari kebangkitan, pembaharuan, toleransi, hingga kedamaian. Kenali tradisi Hari Raya Nyepi dalam berikut ini.