TEMPO.CO, Yogyakarta - Warga Dusun Gamol, Balecatur, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta tak ingin membiarkan lahan nganggur alias mangkrak menjadi sia-sia. Mereka berhasil menyulap lahan nganggur di antara rumah warga untuk budidaya tanaman, ternak kambing, hingga budidaya jamur. Bahkan dusun itu telah berkembang menjadi dusun wisata edukasi yang menarik.
“Masyarakat sadar untuk mengubah dusun menjadi daya tarik bagi warga sendiri dan wisatawan,” kata Tamtama, Kepala Dusun Gamol, Jumat, 26 Oktober 2018. Potensi dusun yang terletak di jalan menuju ke Kulon Progo ini berhasil dikembangkan menjadi arena wisata edukasi yang bermanfaat.
Di sana, misalnya, ada peternakan kambing jenis etawa hingga pengolahan susu. Lalu warga menanam padi dengan pot, tanaman sayuran dan buah-buahan ditanam di lahan sempit dan ada yang ditanam dengan sistem hidroponik. Mereka para warga sepakat menamakan kegiatan ini dengan Deswitadaya atau desa wisata dan budaya. Mereka mengemas wisata edukasi bagi para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Kelompok para pengelola desa wisata membuat olahan dari peternakan kambing, seperti susu bubuk kambing. Lalu ada kelompok peduli lingkungan untuk pengelolaan sampah secara mandiri, kelompok budidaya jamur dan pengelolaan jamur serta kelompok karang taruna pengelola dan pemanfaatan lahan kosong menjadi sebuah upaya dusun ini untuk menarik wisatawan.
Deswitadaya Gamol, kata Tamtama menawarkan wisata edukasi dan alam sebagai sajian wisata bagi pengunjung. Program-program dirancang dan dibangun di desa degan konsep wisata edukatif. Seperti edukasi beternak kambing etawa dan edukasi kepada anak-anak kecil untuk lebih sayang kepada hewan peliharaan. Selain itu juga untuk mengetahui manfaat dari beternak kambing Etawa.
Warga juga mengajarkan bagaimana memanfaatkan lahan kosong atau lahan menganggur agar lebih produktif. Desa wisata in diresmikan oleh anggota Dewan Perwakilan Daerah Gusti Kanjeng Ratu Hemas pada Rabu, 24 Oktober 2018.