TEMPO.CO, Jakarta - Wacana pelarangan study tour ke luar kota pasca tragedi kecelakaan bus SMK Lingga Kencana Depok di Ciater Jawa Barat masih menjadi sorotan berbagai pihak. Di Yogyakarta, kalangan pelaku wisata hingga mantan wakil wali kota dan tokoh masyarakat ramai-ramai menolak wacana itu.
Mantan Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengungkap, study tour biasanya menjadi agenda tahunan yang telah direncanakan sekolah dan diketahui orang tua siswa.
"Perencanaan study tour itu bukan dadakan seminggu-dua minggu, bahkan saat mendaftar sekolah, orang tua juga sudah mendapatkan pemberitahuan," kata Heroe di Yogyakarta Senin, 20 Mei 2024.
Dengan perencanaan study tour sejak jauh-jauh hari itu, kata Heroe, pembayaran kegiatan itu diprediksi juga sudah dilakukan sedari lama, misalnya satu atau dua tahun sebelumnya, agar sekolah bisa mempersiapkan kegiatan itu.
"Jadi kalau tiba-tiba kegiatan ini langsung distop akibat situasi kemarin (kecelakaan di Ciater), kebijakan ini perlu dicermati lagi dampaknya baik kepada siswa, orang tua, juga sekolah," kata dia.
Hakikat Study Tour
Heroe menuturkan, dari peristiwa kecelakaan itu, yang menjadi sorotan justru bagaimana study tour kembali ke hakikatnya. Bukan serta merta dilarang secara reaksioner tanpa melihat dampaknya.
"Study tour perlu dikembalikan ke hakikatnya, ada kegiatan belajar bagi siswa dalam tur itu, ini yang akan menentukan destinasi mana yang akan dikunjungi dan persiapannya lebih matang," kata dia.
Kalaupun harus diatur ulang konsepnya tak masalah, kata dia. Tentukan sekalian prosedurnya, seperti biro perjalanan yang dipakai, apakah perlu berlisensi khusus sampai standar kelayakan armada yang digunakan.
"Agar sekolah juga tak salah pilih, biro-biro perjalanan itu juga diakui atau mengantongi izin pemerintah, sampai batasan destinasi yang bisa dikunjungi, jangan sampai hanya piknik saja tanpa tujuan," kata Heroe.
Heroe menuturkan, pengawasan pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Dinas Perhubungan diperlukan. Sebab, dua instansi itu yang akan berwenang memastikan jaminan pendukung keselamatan study tour, mulai perizinan sampai alat transportasi yang disewa sekolah.
"Sedangkan bagi siswa, saat study tour perlu diberi tanggung jawab, seperti membuat esai atau laporan perjalanan, jadi benar-benar ada pembelajaran yang diperoleh di situ," kata Heroe.