Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyusuri Kampung Laweyan, Bukan Sekedar Sentra Batik Surakarta

image-gnews
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan batik printing di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 5 Juli 2017. Industri batik printing yang diproduksi sesuai pesanan tersebut mampu menyelesaikan 1000 meter perharinya dengan harga cetak bervariasi dari 15ribu hingga paling mahal 35 ribu permeternya. Batik tersebut dipesan hingga ke luar pulau Jawa. Tempo/Bram Selo Agung
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan batik printing di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 5 Juli 2017. Industri batik printing yang diproduksi sesuai pesanan tersebut mampu menyelesaikan 1000 meter perharinya dengan harga cetak bervariasi dari 15ribu hingga paling mahal 35 ribu permeternya. Batik tersebut dipesan hingga ke luar pulau Jawa. Tempo/Bram Selo Agung
Iklan

Sebagai kampong batik yang sudah tua, cukup banyak jejak budaya yang bisa ditelusuri hari ini. Menyambangi tempat-tempat tersebut, bisa melengkapi wisata belanja batik yang kini berkembang di Laweyan.

Salah satu jejak itu adalah kompleks pemakaman yang tidak seberapa luas dan berada di tepi Kali Jenes, di sisi paling barat Kampung Laweyan. Pemakaman itu sudah sangat tua. Tokoh yang dimakamkan di tempat itu, Ki Ageng Henis, dipercaya wafat pada tahun 1503.

Di sebelah makam, terdapat sebuah masjid yang tidak kalah tuanya. Dulunya, masjid itu merupakan sebuah pura milik Ki Beluk, tokoh kampung setempat yang kemudian di-Islam-kan oleh Ki Ageng Henis.

Ki Ageng Henis merupakan tokoh yang menurunkan raja-raja di Jawa. Dia merupakan kakek dari Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Islam. Kompleks pemakamannya berada di Kampung Laweyan, salah satu perkampungan padat di Kota Surakarta yang lebih tenar dengan sebutan Kota Solo.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jejak sejarah itu menunjukkan bahwa usia perkampungan Laweyan jauh lebih tua dibandingkan Keraton Kasunanan Surakarta yang didirikan Paku Buwana II pada 1745. “Kampung itu merupakan ibu kota Kerajaan Pajang,” kata pengajar sejarah Universitas Sanata Dharma, Heri Priyatmoko.

Dia bahkan meyakini bahwa perkampungan itu sudah ada sejak zaman Majapahit. Dalam Kitab Negarakertagama, tertulis cerita bahwa Hayam Wuruk pernah berkunjung ke Kadipaten Pajang. “Pada saat itu Kadipaten Pajang sudah ada dan merupakan bawahan dari Majapahit,” katanya.

Sebagai ibu kota sebuah kerajaan, Laweyan menjadi sebuah permukiman yang dinamis dan memiliki perekonomian yang berkembang. Industrinya bergerak untuk mencukupi kebutuhan masyarakatnya, termasuk sandang. Mereka juga menjalin relasi dagang dengan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


15 Tempat Wisata di Solo yang Populer di Sosial Media

14 Desember 2023

Kota Solo menawarkan banyak sekali tempat wisata yang kaya akan sejarah dan budaya. Berikut adalah rekomendasi 15 tempat wisata di Kota Solo. Foto: Canva
15 Tempat Wisata di Solo yang Populer di Sosial Media

Kota Solo menawarkan banyak sekali tempat wisata yang kaya akan sejarah dan budaya. Berikut adalah rekomendasi 15 tempat wisata di Kota Solo.


5 Sentra Batik di Kota Solo Wajib Kunjung

23 Maret 2021

Perajin usai membuat Batik Quran diatas lembar kain Primis di kawasan Kampung Batik Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 15 Juni 2016. Batik Quran tersebut tidak dijual namun ongkos produksi jika dijual setara dengan harga 150-200 ribu rupiah. TEMPO/Bram Selo Agung
5 Sentra Batik di Kota Solo Wajib Kunjung

Kota Solo memiliki beberapa sentra batik, tapi 5 kampung batik ini wajib masuk daftar kunjung jika melancong tempat asal Presiden Jokowi ini.


Kisah Kampung Laweyan, Pasar Kapas Menjadi Kampung Batik

23 Maret 2021

Perajin membuat pesanan Cap Batik di perkampungan Premulung, Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 5 Juni 2015. Cap Batik yang dibuat 85 persen terbuat dari bahan tembaga, sangat  rumit dalam pembuatannya. TEMPO/Bram Selo Agung
Kisah Kampung Laweyan, Pasar Kapas Menjadi Kampung Batik

Kampung Laweyan, Solo, memiliki sejarah panjang hingga kini dikenal sebagai kampung batik.


Laweyan Solo Jadi Kampung Batik Ramah Lingkungan

2 Oktober 2019

Pekerja mengerjakan proses awal pembuatan batik tulis di kawasan Kampung Wisata Batik Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Kamis 20 September 2018. TEMPO/Muhammad Hidayat
Laweyan Solo Jadi Kampung Batik Ramah Lingkungan

Kampung Batik Laweyan Solo, Jawa Tengah, mulai menerapkan konsep Eco Culture Creative Batik agar lebih ramah lingkungan.


Pembatik Laweyan Kerjakan Al Quran Batik Ukuran Besar

22 Mei 2019

Seorang pengunjung melihat Quran Batik yang dibuat di Mahkota Laweyan, Solo. Produsen batik itu mulai mengerjakan pembuatan Quran Batik 30 juz sejak tiga tahun lalu. TEMPO/Ahmad Rafiq
Pembatik Laweyan Kerjakan Al Quran Batik Ukuran Besar

Salah satu produsen batik di Solo, Mahkota Laweyan saat ini tengah berupaya menyelesaikan pembuatan Al Quran Batik sebanyak 30 juz.


Kunjungi Kampung Laweyan, Sandiaga Diteriaki Sekelompok Orang

5 Februari 2019

Cawapres 02, Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Batik Laweyan, Solo, Selasa 5 Februari 2019. Di sekitar lokasi bertebaran atribut pasangan 01 Jokowi-Ma'ruf Amin. TEMPO/AHMAD RAFIQ
Kunjungi Kampung Laweyan, Sandiaga Diteriaki Sekelompok Orang

Saat hendak meninggalkan lokasi pertemuan di Kampung Laweyan, Solo, Sandiaga diteriaki oleh sekelompok orang.